![]() |
Christie Damayanti |
Cengkareng, Internationalmedia.id.- ARSITEK penyandang disabilitas pengguna kursi roda Christie Damayanti menyebut konsep ramah disabilitas sesungguhnya tidak muluk-muluk.
Hal ini diungkapkan Christie Damayanti alumni Universitas Tarumanegara, Jakarta ini saat berbicara di workshop berjudul "TransNusa Ramah Disabilitas", pada Senin (14/4/2025).
Workshop di Kompleks Perkantoran Terminal 3 Bandara Udara Soekarno-Hatta, Cengkareng, Jakarta, ini merupakan kelanjutan dari workshop pada Kamis (10/4/2025).
Christie Damayanti, memberikan catatan, salah satunya tentang kualitas toilet khusus bagi disabilitas.Katanya, pintu toilet khusus dengan sistem sliding atau selorok atau geser ketimbang pintu putar (swing). Padahal, penyandang disabilitas tak perlu effort membuka dan menutup pintu sliding, ujar Christie Damayanti, perempuan ber-shio ayam tersebut.
Kepada peserta workshop baik dari maskapai penerbangan TransNusa dan JAS Angkasa Pura Indonesia, Christie juga menyebut Jepang merupakan negara yang memberi perhatian besar kepada penyandang disabilitas.
Christie Damayanti, yang sudah menulis 76 judul buku itu memberi contoh bahwa di tempat umum semisal stasiun kereta api di Jepang, tersedia travelator kecil di tangga berundak. Travelator ini dibuat khusus untuk penyandang disabilitas naik dan turun, berpindah lantai.
Masih di Jepang, fasilitas untuk penyandang disabilitas yang ada di mana-mana adalah ramp atau pegangan dari besi. Ramp biasanya memudahkan penyandang disabilitas berpegangan. Di negara itu, ada juga penanda kuning (guiding block) di lantai yang terpasang dengan baik bagi orang buta.
"Di Terminal Bus Shinjuku Jepang ada juga penanda bagi penyandang disabilitas yang berwarna mencolok dan terlihat," tutur arsitek di balik megahnya Central Park di Jakarta Barat.
Melirik apa yang dilakukan di Jepang Chritie juga menyarankankan untuk ditiru sekaligus membangun fasilitas ramah difabel, berkaitan dengan konsep ramah disabilitas. Ia juga mengimbau para pemangku kepentingan, untuk mencermati empat hal yaitu ; keselamatan, kenyamanan, kesederhanaan, dan kegunaan.
"Pedoman-pedoman ini penting untuk membangun fasilitas pendukung bagi penyandang disabilitas di gedung maupun di jalan misalnya trotoar," pungkas Christie Damayanti.(RBS).