Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita, saat menuju ruang pertemuan. |
Jakarta. Internationalmedia.id.-Kementerian Perindustrian bertekad menjalankan kebijakan strategis untuk semakin meningkatkan kinerja industri manufaktur nasional. Langkah ini juga selaras mendukung target pertumbuhan ekonomi yang ditargetkan oleh Presiden Prabowo Subianto sebesar 7-8 persen.
“Kami akan tancap gas. Sesuai arahan Bapak Presiden, khusus untuk sektor manufaktur, harus adakorelasi di antara pertumbuhan setiap industri dengan kesejahteraan rakyat secara langsung. Artinya, investasi itu harus benar-benar yang terarah, yang juga dapat dimanfaatkan masyarakat secara luas. Tentunya kami akan bahas rumusannya,” kata Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita saat bersilaturahmi dengan para pelaku usaha di Gedung Kementerian Perindustrian, Jakarta, Selasa (22/10/2024).
Agus juga menekankan, Kemenperin akan bekerja sesuai dengan Rencana Induk Pembangunan Industri Nasional (RIPIN) 2025-2045, yang berfokus pada pengembangan 10 industri prioritas. Ia optimistis, sektor industri manufaktur akan terus memberikan kontribusi terbesar terhadap perekonomian nasional.
Hal senada disampaikan oleh Wakil Menteri Perindustrian Faisol Riza, bahwa industri manufaktur masih menjadi adalan. “Industri seperti jantung yang harus mengalirkan darah, memberikan oksigen ke seluruh tubuh. Jadi, mau tidak mau harus diperkuat dan diberikan suntikan vitamin dan suplemen supaya tetap kuat dan berkembang,” paparnya.
Menperin Agus menambahkan, Kemenperin tetap berkomitmen untuk melaksanakan program hilirisasi. “Program hilirisasi tidak hanya difokuskan pada beberapa komoditas saja, tetapi juga dilakukan pada seluruh komoditas yang dapat menciptakan nilai tambah, yang pada gilirannya akan menciptakan lapangan pekerjaan,” terangnya.
Strategi selanjutnya, pembangunan industri ke depan harus ditujukan untuk memperdalam struktur industri dari hulu ke hilir, serta didasarkan pada ketersediaan sumber daya alam yang melimpah.
“Sebagai negara dengan kekayaan sumber daya alam dan pasar domestik yang besar, Indonesia selalu memiliki potensi besar menjadi negara industri maju dunia,” imbuhnya.
Untuk itu, diperlukan sinergi antara Kemenperin bersama stakeholders mulai dari penyusunan kebijakan industri dan perdagangan, penguatan rantai pasok, pembinaan SDM, fasilitasi pembiayaan, hingga pengembangan riset dan teknologi.
“Pada akhirnya, kita berharap industri manufaktur benar-benar mampu menjadi penggerak utama ekonomi nasional, menuju pertumbuhan yang inklusif, produktif, dan berkelanjutan,” tutup Agus.(RBS)