Laos.Internationalmedia.id.-Dalam upaya mendukung Keketuaan Laos di ASEAN tahun 2024, Pemerintah Indonesia melalui Kementerian Luar Negeri dan Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional (Kementerian PPN/Bappenas) sebagai co-organizer, telah berhasil membantu Laos sebagai Ketua ASEAN dalam menyelenggarakan 1st ASEAN Coordinating Task Force on Blue Economy (ACTF-BE) dan 2nd ASEAN Blue Economy Forum di Lao Plaza Hotel, Vientiane, Laos (10-11/8).
ACTF-BE adalah mekanisme lintas pilar ASEAN yang dibentuk berdasarkan kesepakatan para Menteri Luar Negeri ASEAN pada Pertemuan ke-34 ASEAN Coordinating Council (ACC). Gugus Tugas ini bertugas menangani isu Blue Economy secara holistik sebagai isu lintas pilar ASEAN yang melibatkan berbagai sektor berbeda.
Dalam menjalankan perannya, ACTF-BE bertanggung jawab kepada ACC dan memastikan kolaborasi serta koordinasi yang efektif, termasuk melaporkan implementasi semua inisiatif Blue Economy ASEAN. Selain itu, ACTF-BE juga memfasilitasi kerja sama dan pembangunan kapasitas antara negara anggota ASEAN dengan pihak eksternal di bidang Blue Economy.
Penyelenggaraan 1st ACTF-BE didahului oleh The 2nd ASEAN Blue Economy Forum yang merupakan kelanjutan dari The 1st ASEAN Blue Economy Forum yang telah dilaksanakan pada 2 - 4 Juli 2023 di Belitung, di bawah keketuaan Indonesia di ASEAN tahun 2023.
Rangkaian kegiatan ini berhasil mempertemukan perwakilan dari 10 negara anggota ASEAN (AMS), Timor-Leste, Sekretariat ASEAN, serta perwakilan dari badan sektoral dan pemangku kepentingan terkait isu Blue Economy di dalam maupun di luar kawasan.
Dalam pembukaan 2nd ASEAN Blue Economy Forum, H.E. Dr. Manothong Vongsay, Vice Minister of Industry and Commerce Lao PDR, menyampaikan apresiasi mendalam kepada Pemerintah Indonesia.
“Kami ingin menyampaikan apresiasi kepada Pemerintah Indonesia dan ERIA atas dukungan dalam penyelenggaraan kegiatan ini [2nd ASEAN Blue Economy Forum] dan pertemuan pertama ASEAN Coordinating Task-Force on Blue Economy" ungkapnya.
Beliau juga menekankan pentingnya inovasi dan kolaborasi dengan menyatakan, “melalui kolaborasi, kita dapat bertukar pengetahuan, menyamakan pandangan, dan mengembangkan strategi yang kohesif".
Deputi Bidang Ekonomi Bappenas, Ibu Amalia Adininggar Widyasanti, selaku Shepherd ACTF-BE menambahkan bahwa “dengan memperkuat kerja sama dan kolaborasi di bidang ekonomi biru, saya yakin ASEAN dapat memimpin pengembangan ekonomi biru secara global, [dengan] memanfaatkan potensi laut dan sumber daya air, mendorong pertumbuhan ekonomi, inovasi, dan kemakmuran bersama."
Selain itu, forum ini juga menegaskan kembali bahwa Blue Economy bertujuan untuk menjadi mesin pertumbuhan ekonomi ASEAN di masa depan, serta menawarkan potensi keuntungan ekonomi “win-win future for all" yang signifikan bagi ASEAN.
Dalam 2nd ASEAN Blue Economy Forum ini, dihasilkan sejumlah rekomendasi praktis terkait Blue Economy yang dapat dipertimbangkan oleh ASEAN, antara lain: (i) pembentukan aliansi ilmu pengetahuan, teknologi, dan inovasi regional untuk mendorong adopsi teknologi dalam ekonomi biru; (ii) melibatkan sektor swasta untuk mendorong komersialisasi teknologi; dan (iii) pembiayaan bersama dalam proyek percontohan serta penelitian dan pengembangan di sektor prioritas biru. Hasil-hasil dari pertemuan tersebut kemudian dipresentasikan oleh Indonesia dalam pertemuan ACTF-BE untuk menjadi rekomendasi dalam penyusunan ASEAN Blue Economy Implementation Plan.
Sebagai bagian dari 2nd ASEAN Blue Economy Forum, peserta juga diajak untuk melakukan kunjungan ke Nam Ngum 1 Hydropower Plant, sebuah Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA). PLTA tersebut memanfaatkan arus sungai Nam Ngum, salah satu anak sungai Mekong, dan menyediakan sekitar 50% kebutuhan listrik Laos.
Dalam sambutannya, H.E. Grata Endah Werdaningtyas, Duta Besar LBBP RI untuk Republik Demokratik Rakyat Laos, menekankan bahwa “Sungai Mekong memiliki arti ibu dari segala sungai, di mana banyak anak sungai dan aliran sungai yang lebih kecil mengalir dari berbagai negara di kawasan bertemu. Hal ini menjadikan Sungai Mekong sebagai sungai yang menghubungkan kehidupan masyarakat di Laos, Myanmar, Thailand, Vietnam, Kamboja, dan Tiongkok. Sungai Mekong menjadi sumber kehidupan dan mata pencaharian bagi ratusan juta orang di wilayah ini."
Pada tahun 2023, tema Keketuaan Indonesia di ASEAN adalah “ASEAN Matters: Epicentrum of Growth". Salah satu capaian Indonesia adalah diadopsinya ASEAN Blue Economy Framework oleh para pemimpin ASEAN pada KTT ASEAN ke-43 di Jakarta. Framework ini bertujuan menjadikan Blue Economy sebagai mesin pertumbuhan ekonomi baru di kawasan yang inklusif dan berkelanjutan, sejalan dengan kerangka Blue Economy Indonesia.
Untuk itu, penyelenggaraan rangkaian kegiatan Blue Economy oleh Laos dengan dukungan Indonesia merupakan langkah positif untuk terus memastikan keberlanjutan prioritas Indonesia dan memastikan isu Blue Economy terus dibahas di ASEAN.
Selanjutnya, ASEAN Coordinating Task-Force on Blue Economy akan bertemu secara tahunan untuk mengidentifikasi, mengawasi dan melaporkan inisiatif Blue Economy di ASEAN, dengan tujuan menjadikan Blue Economy sebagai mesin pertumbuhan baru di kawasan.
Kedepannya, diharapkan ASEAN Blue Economy Forum dapat menjadi forum rutin tahunan untuk menjadi wadah komunikasi dan koordinasi negara anggota ASEAN agar dapat membangun kesadaran serta mendorong keterlibatan berbagai pemangku kepentingan dalam berbagi pengetahuan dan pengalaman terkait Blue Economy.
Diharapkan Malaysia sebagai Ketua ASEAN 2025, dan kepemimpinan ASEAN selanjutnya dapat melanjutkan komitmen yang telah ditetapkan dengan menjadikan ASEAN Blue Economy Forum sebagai forum rutin tahunan untuk membahas isu-isu Blue Economy di ASEAN.(marpa)