Ankara.Internationalmedia.id.-Di bawah keketuaan Indonesia tahun 2023, MIKTA Strategic Forum diselenggarakan dengan tema “The Role of MIKTA in a Polarized World” digelar di Universitas Ankara (21/12).
Kegiatan ini dihadiri oleh Wakil Menteri Luar Negeri Turki, Mehmet Kemal Bozay, Duta Besar negara MIKTA, ASEAN, dan negara lainnya. MIKTA Strategic Forum turut dihadiri oleh think tank dari negara-negara MIKTA. Dari Indonesia, Dr. Rizal Sukma, Senior Fellow di CSIS dan Duta Besar RI untuk Britania Raya, Irlandia dan IMO periode 2016 - 2020, hadir sebagai salah satu panelis.
“Dalam menghadapi berbagai tantangan global dewasa ini, negara MIKTA tidak boleh berpangku tangan. Bahkan sebaliknya harus menjadi bagian dari solusi permasalahan global, menjadi kekuatan positif di tengah dunia yang diwarnai berbagai hal negatif dan menjadi penghubung untuk kolaborasi nyata".
Ini disampaikan Dubes Achmad Rizal Purnama dalam pidato pembukaannya.
Dubes Rizal sampaikan bahwa saat ini masyarakat dunia kehilangan harapan dan kepercayaan pada institusi multilateral dan kerja sama internasional. Power Politics senantiasa menjadikan organisasi seperti PBB tidak memiliki daya termasuk dalam menghadapi kekejaman Israel di Gaza.
Tuntutan dunia untuk segera melakukan gencatan senjata terus membentur tembok kokoh. Dubes Rizal turut menyampaikan kekecewaannya terhadap situasi tersebut dan bersimpati terhadap perjuangan Palestina.
Sementara itu, Wakil Menlu Turki, Dubes Mehmet Kemal Bozay menegaskan pentingnya peran MIKTA dalam isu energi dan perekonomian dunia.
Negara-negara MIKTA adalah kelompok negara demokrasi yang diuntungkan dari ekonomi terbuka dengan tingkat pertumbuhan tinggi dan kekuatan ekonomi signifikan.
Negara MIKTA terletak di lokasi strategis di tiap benua dan memiliki hubungan erat dengan negara-negara di kawasan secara luas.
Panelis lainnya pada MIKTA Forum ini adalah Prof. Dr. Muhittin Ataman, Direktur Foreign Policy Studies Foundation for Political, Economic and Social Research (SETA), think tank kenamaan di Turki, Prof. Dr. Hyun Jin Choi, dosen di Kyung Hee University, Assoc. Prof. Christian Downie, the Australian National University dan Diego Dominguez Cardona, Researcher di Kemenlu Meksiko.
Dr. Rizal Sukma menyoroti kondisi dunia saat ini yang lack of leadership dimana tindakan suatu negara tidak menghasilkan sanksi tegas dari PBB dan DK PBB. Pandangan panelis Prof. Dr. Hyun Jin Choi cenderung pragmatis, terkait peran MIKTA untuk menjadi kekuatan ekonomi, balancing, dan layer terhadap imbas persaingan ekonomi antara AS dan RRT.
Salah seorang peserta, Aylin Ozdemir, mahasiswa asal Bilkent University, Ankara, mengungkapkan peran potensial negara MIKTA dalam tatanan dunia saat ini yang semakin terpecah. MIKTA diharapkan menjadi penengah dalam menyikapi dinamika internasional saat ini.
Sementara itu, Ketua Jurusan Asian Studies, Ankara Social Sciences University, Dr. Hatice Celik menekankan upaya konstruktif dan revolusioner MIKTA untuk mengembalikan kepercayaan terhadap sistem dunia dan menjadi pilar dalam tatanan dunia baru.
MIKTA, singkatan dari Meksiko, Indonesia, Republik Korea, Turki dan Australia, merupakan platform informal kerja sama 5 negara yang didirikan di sela-sela Sidang Umum PBB di kota New York pada tahun 2013.
Platform ini bertujuan mendukung tatanan dunia yang lebih efektif melalui kemitraan lintas benua dan kesamaan visi terhadap tatanan global yang lebih baik.
Di sela-sela forum, Duta Besar MIKTA menyerahkan donasi buku kepada Perpustakaan Kepresidenan Republik Turki, yang diterima oleh Birgul Unal, Wakil Kepala Perpustakaan.
Forum Strategic Forum ini diakhiri dengan penampilan kebudayaan, musik dan sajian kuliner dari negara-negara MIKTA. Menu andalan yang disajikan diantaranya rendang, nasi goreng, sate ayam, gimbab, sarma, meat pie, dan Mexican Ceviche, ludes diserbu peserta.
Peserta juga dapat memakai baju tradisional diantaranya baju lurik Jawa, baju adat Kalimantan dan Hanbok. Tarian Zapin, Saman, dan poco-poco menutup acara Forum dengan meriah.(marpa)