Jakarta.Internationalmedia.id.-Ketua Umum PWI Pusat Hendry Ch Bangun memanggil wartawan Indonesia untuk mengikuti kompetisi Anugerah Adinegoro yang pendaftarannya sudah dibuka hingga akhir November 2023 mendatang.
Hendry menyakini pemberian Anugerah Jurnalistik Adinegoro (AJA) 2023 dapat merangsang wartawan dari seluruh pelosok Tanah Air untuk berprestasi. Semangat kompetisi perlu dihidupkan untuk meningkatkan profesionalisme wartawan.
Berbicara ketika membuka webinar Anugerah Jurnalistik Adinegoro 2023, Senin (30/10), Ketua Umum PWI mengatakan Anugerah Adinegoro--- yang diadakan setiap tahun ---adalah penghargaan tertinggi yang diberikan PWI untuk karya jurnalistik di Indonesia.
"PWI di daerah perlu mengaungkan semangat berkompetisi dan berprestasi untuk mendapatkan penghargaan tertinggi Anugerah Adinegoro," ujar Hendry.
Tahun 2023, Anugerah Adinegoro mengusung tema "Merawat Semangat Kebangsaan dan Demokrasi". Gagasan besar itu, tambah Hendry , dapat diterjemahkan dalam berbagai bidang yang ditekuni para wartawan.
"Tidak harus berkaitan dengan tahun politik tapi juga bisa diimplementasikan ke berbagai bidang-bidang lain yang berkaitan dengan spirit kebangsaan,"ujar Hendry.
Penyelenggaraan Anugerah Adinegoro 2023 adalah bagian acara penting dari kegiatan "Road to HPN 2024". Puncak acara Hari Pers Nasional (HPN) 2024 sendiri akan berlangsung tanggal 9 Febuari 2024 mendatang.
Acara unggulan lain dalam rangka HPN 2024 adalah Dialog Kebangsaan yang akan menghadirkan tiga pasangan Capres dan Cawapres.
Webinar Penghargaan Adinegoro--- yang bernama asli Djamaluddin Adinegoro gelar Datuak Maradjo Sutan--- menghadirkan nara sumber Adiwarsita, anak ketiga dari almarhum Adinegoro; Uni Lubis, Wakil Ketua Dewan Kehormatan PWI Pusat; Priyambodo RH, Sekretaris Yayasan Sekolah Jurnalisme Indonesia (SJI) PWI Pusat dengan moderator Ahmed Kurnia, Direktur SJI.
Uni Lubis, Ketua I Dewan Pengarah HPN 2024 menekankan pentingnya menghidupkan terus penghargaan Anugerah Jurnalistik Adinegoro, sebagaimana penghargaan Pulitzer, penghargaan tertinggi di bidang jurnalistik di Amerika Serikat.
Sementara itu, Adiwarsita sebagai anak Adinegoro mengatakan ayahnya adalah seorang jurnalis yang konsisten dalam berkarya, memiliki integritas tinggi, serta dedikasi tinggi terhadap bidang jurnalistik.
Nara sumber lain, Priyambodo RH mengatakan bahwa dari hasil temuannya bersama Lembaga Pers Dr Soetomo, sedikitnya ada 25 buku karya Adinegoro yang diterbitkan dan isinya masih mewakili zaman.
"Misalnya buku Falsafah Ratu Dunia terbitan Balai Pustaka tahun 1948. Beliau mengatakan pers kerap disebut ratu dunia tapi sebenarnya pers cuma alat karena yang terpenting adalah public opinion.
Para wartawan perlu mengenal dengan baik sosok Adinegoro melalui buku dan tulisan lepasnya yang penuh nasehat agar wartawan paham dan pandai mengenal kepentingan umum atau kepentingan pribadinya.
"Wartawan jangan merasa cerdas karena modalnya hanya 5 W plus 1 H dan tidak bisa memihak apalagi mau menyenangkan semua orang. Kalau ingin menyenangkan semua orang jadi pemain tonil saja," kata Priyambodo.
Semua buku karyanya bisa menjadi bekal wartawan dalam mendalami profesinya karena Adinegoro seseorang yang multitalenta dan juga memiliki kemampuan berpikir mendahului zaman atau futurologi. Dia juga pandai menuangkan artikel perjalanannya (travel writing) dan persoalan perempuan dan anak.**