 | |
| Korban keracunan makanan |
Mereka satu persatu tumbang dan mengaku sakit perut, pusing dan muntah-muntah usai mengonsumsi makanan saat hajatan.
Akibatnya, pada korban keracunan makanan tersebut harus dirujuk ke beberapa puskesmas.
Pihak Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Bandung Barat pun melakukan uji sampel makanan yang dikonsumsi oleh para korban tersebut.
Peristiwa tersebut berlangsung Minggu 26 Februari lalu, hingga Selasa (28/2/2023) ini tercatat 168 orang menjadi korban. Beberapa orang di antaranya harus dirujuk ke Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Lembang.
Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Bandung Barat Hernawan Widjajanto kepada wartawan mengatakan, sampai Senin malam total 168 orang sudah tercatat, tetapi datanya terus berubah karena masih dilakukan verifikasi.
Menurut Hernawan, dari sejumlah korban tersebut terdapat dua orang dirawat di RSUD Lembang dan satu orang masih berada di IGD. Sedangkan ratusan orang lainnya sebagian sudah ada yang pulang dan ditangani di posko.
Kini Dinas Kesehatan Kabupaten Bandung Barat telah menerjunkan tim untuk melakukan penanganan terhadap kasus tersebut. Menurut Hernawan, diduga ada makanan yang tercemar yang menyebabkan terjadinya keracunan massal.
Dinkes KBB mengimbau masyarakat yang hendak mengolah makanan sendiri untuk acara apapun harus memperhatikan kebersihan tempat, kondisi bahan makanan. Mereka yang hendak menyantap makanan pun jika menggunakan tangan harus sudah bersih cuci tangan.
Keracunan kata Henawan, bisa terjadi dari apa saja, bisa dari makanan yang tercemar oleh bakteri, bisa juga dari cara pengolahan, juga bisa dari bahan makanan apakah segar atau tidak, tempat makanan bersih atau higienis dan alat makan dan tempat makan piring sendok garpu.
Hingga kini Dinkes KBB tengah menguji sampel makanan yang menyebabkan ratusan warga di Kampung Cijengkol, Kecamatan Lembang, Jawa Barat, mengalami keracunan. Hernawan belum mendapat kesimpulan keracunan itu sumbernya dari mana.(mar)
