Bandung.Internationalmedia.id.-Kementerian Luar Negeri bekerja sama dengan Politeknik Pariwisata NHI Bandung menyelenggarakan Kongres Indonesianis Sedunia (KIS) ke-4 secara hybrid dengan tema “Economic Recovery Acceleration Through Tourism and Digital Economy" pada (19/10/2022).
Kongres ini diikuti lebih dari 200 Indonesianis dari seluruh dunia yang secara aktif saling bertukar gagasan dan aspirasi sekaligus memperkaya pemahaman dan perspektif tentang Indonesia.
Menlu RI menggarisbawahi pentingnya pariwisata dan ekonomi digital dalam mempercepat pemulihan ekonomi nasional.
“Untuk menghidupkan kembali sektor pariwisata dan ekonomi digital serta mempertahankan pemulihan global, kita harus menciptakan situasi yang kondusif melalui dua hal, yaitu transformasi paradigma global dan membangun dunia yang inklusif" Ujar Menlu.
Kolaborasi adalah kunci untuk keluar dari situasi sulit yang telah dihadapi. Semangat tersebut menjadikan inklusivitas sebagai jiwa dari presidensi G-20 Indonesia. Indonesianis memegang peranan penting dalam menyuarakan hal tersebut dalam skala yang lebih luas.
Kepala Badan Strategi Kebijakan Luar Negeri (BSKLN) menyampaikan bahwa pemilihan tema kongres sangat sesuai dengan situasi dunia saat ini. Negara-negara dihadapkan pada situasi pandemi yang berdampak pada berbagai bidang.
Diharapkan dengan adanya kegiatan ini tercipta kembali jaringan yang kuat untuk bekerja sama dan berkolaborasi antara Indonesianis dengan Indonesia, meningkatnya minat untuk mempelajari berbagai aspek Indonesia termasuk pertumbuhan sosial-ekonomi dan lahirnya Indonesianis generasi baru.
Terdapat sejumlah poin kunci yang mengemuka pada Kongres Indonesianis Sedunia ke-4, yantara lain:
Indonesia perlu memperkuat strategi pemasaran pariwisata dan membangun engagement serta memasok informasi secara intensif dengan wisatawan potensial;
Dalam membangun arsitektur destinasi pariwisata perlu mencermati metode untuk memperkuat brand sub-destinasi yang membentuk portofolio pariwisata nasional.
Mengakui dan mengoptimalkan saling keterkaitan antara pembangunan ekosistem ekonomi kreatif dengan pariwisata dengan skema pentahelix.
Dalam mendorong implementasi digitalisasi yang lebih inklusif, Indonesia perlu meningkatkan serta mengembangkan pengetahuan dan keterampilan masyarakat melalui universalitas akses internet berkecepatan tinggi yang didukung regulasi dan kapasitas kelembagaan yang memadai.
Di tengah besarnya potensi bonus demografi, perlu dipastikan agar ekspansi ekonomi digital di Indonesia secara langsung dapat bermanfaat bagi setiap lapisan masyarakat melalui inovasi digital yang tepat.
Pentingnya kepercayaan/trust sebagai nilai intrinsik dalam memajukan transformasi digital menuju model bisnis baru yang berkelanjutan.
Diskusi terbagi kedalam dua sesi, yaitu: Indonesia's Tourism Recovery: A Smart Restart; dan Staying Competitive in a Digitalized World: Towards Indonesia 4.0. Pada sesi pertama, hadir Miriam Tulevski - Managing Director, Intourism@ Indo a Go-Go Tourism Marketing, Deputi Bidang Ekonomi Digital dan Produk Kreatif Kemenparekraf/Baparekraf, Muhammad Neil El Hilman, dan Dr. Liu Xiangyan - Associate Researcher China Tourism Academy hadir sebagai panelis.
Pada sesi tersebut panelis menyampaikan besarnya potensi destinasi wisata Indonesia, tetapi masih terdapat kecenderungan wisatawan kurang memahami secara persis tipe-tipe wisata yang ditawarkan Indonesia.
Pemerintah Indonesia menyadari bahwa sektor ekonomi kreatif akan menjadi tulang punggung perekonomian nasional. Pemerintah akan berupaya membangun ekosistem untuk mendorong pertumbuhan dengan pendekatan penta helix melalui sinergi antara pemerintah, bisnis, komunitas, media, dan akademik. Sektor pariwisata juga harus memanfaatkan perkembangan teknologi digital sebagai media promosi.
Transformasi digital juga semakin meningkatkan daya jangkau promosi dengan adanya media sosial. Untuk itu konten yang menarik adalah salah satu kunci dalam mendorong pertumbuhan pariwisata.
Sesi kedua diawali dengan paparan Daniel Kim - Ceo and Founder of Tiger Research. Diikuti oleh paparan dari Hendrikus Passagi - Comissioner, Digital Future Exchange; Muhammad Ali Hamzah - UVAS Business School; dan Prof Edward Buckingham - Director, Engagement, Monash Business School.
Pada sesi kedua disampaikan bahwa digitalisasi dan sosial ekonomi memiliki keterkaitan satu sama lain. digitalisasi dapat mendukung perkembangan ekonomi. Indonesia memiliki kapasitas dalam mengembangkan ekosistem ekonomi digital, bahkan mengembangkan sistem web-3 dalam pasar global.
Bonus demografi Indonesia perlu diikuti dengan pemanfaatan transformasi digital dengan memanfatkan low cost innovation untuk membangun bisnis yang berkelanjutan dan memastikan adopsi teknologi digital bermanfaat langsung terhadap masyarakat.
Staf Ahli Bidang Sosial Budaya Dan Pemberdayaan Masyarakat Indonesia di Luar Negeri menutup kongres dengan menyatakan bahwa Indonesianis merupakan asset yang sangat penting bagi Indonesia.
Indonesianis tidak hanya berperan dalam peningkatan hubungan antara Indonesia dengan negara lain tetapi juga berkontribusi meningkatkan pembangunan Indonesia. Upaya pemulihan sektor pariwisata dan transformasi digital berperan penting untuk mendukung pertumbuhan ekonomi yang inklusif.
Sejak 2018, KIS telah menjadi media yang penting bagi pertukaran ide bagi para Indonesianis. Pada tahun 2023 KIS akan kembali diselenggarakan untuk semakin memperkuat jejaring dan mendorong kerja sama berkelanjutan dengan Indonesianis di seluruh dunia. (marpa)