Jakarta.Internationalmedia.id.-Sekretariat Kabinet
(Setkab) melalui Pusat Pembinaan Penerjemah (Pusbinter) memberikan kesempatan
kepada 20 orang penerjemah pemerintah untuk mengikuti Pendidikan dan Pelatihan
(Diklat) Teknis Penerjemahan Lisan Tingkat Lanjutan.
Sebanyak 20 penerjemah terpilih tersebut akan
mengikuti diklat selama lima hari di Pusat Pengambangan Kompetensi Aparatur
Sipil Negara (PPKASN), Kementerian Sekretariat Negara, Jakarta, mulai Senin
(18/07/2022).
“Kami menyadari bahwa untuk menjadi penerjemah lisan yang andal dan kompeten serta siap ditugaskan dalam semua situasi dan kondisi, tentunya perlu persiapan yang matang.
Oleh karena itu, kami memandang urgen
untuk melaksanakan diklat teknis penerjemahan lisan lanjutan kali ini,” ujar
Deputi Bidang Administrasi (Demin), Sekretariat Kabinet, Farid Utomo dalam
sambutan tertulisnya yang dibacakan oleh Kepala Pusbinter (Kapusbinter) Sri
Wahyu Utami.
Farid memandang penerjemahan lisan mempunyai peran
yang sangat strategis dalam proses pertukaran informasi yang cepat dari
berbagai bahasa dan budaya. Oleh karena itu, penerjemahan lisan dituntut lebih
agar berupaya mempunyai pemahaman terhadap budaya bahasa sumber dan bahasa
sasaran.
“(Memiliki) pengetahuan umum yang luas, mempunyai
kemampuan manajemen waktu, konsentrasi dan ingatan yang kuat, kemampuan
berkomunikasi secara efektif, teknik pengucapan huruf yang baik, mampu bekerja
di bawah tekanan dan bersikap netral, dengan kata lain tidak menambahkan atau
mengurangi makna dengan interpretasi pribadi,” imbuhnya.
Demin juga mengarisbawahi pentingnya peran
penerjemahan dalam menjembatani hubungan antarnegara baik bilateral, regional,
maupun multilateral.
“Penerjemah lisan memegang peranan penting dalam
perkembangan negara karena berperan menjembatani pemikiran satu atau antar
kepala negara dalam berbagai pertemuan internasional yang akan berpengaruh
kepada kebijakan negara masing-masing,” ujarnya menyitir perkataan Andre Omer,
penerjemah lisan Presiden ke-6 RI Susilo Bambang Yudhoyono.
Di tahun 2022, lanjut Farid, Indonesia mempunyai
peran yang sangat penting di dunia internasional karena memegang presidensi
G20. Indonesia menjadi tuan rumah rangkaian pertemuan 20 negara dengan ekonomi
terbesar di dunia yang berlangsung sejak 1 Desember 2021 hingga November mendatang.
“Kegiatan ini juga sebagai kontribusi Sekretariat
Kabinet untuk turut serta mendukung konferensi G20. Sekretariat Kabinet (uga
turut berkontribusi untuk menyukseskan kegiatan dimaksud melalui peningkatan
kompetensi penerjemahan lisan yang sangat dibutuhkan dalam rangka mendampingi
pimpinan kementerian/lembaga/daerah dalam kegiatan tersebut,” ujarnya.
Diklat teknis ini akan membekali penerjemah dengan
teori dan praktik yang komprehensif mengenai penerjemahan lisan, di antaranya
penerjemahan konsekutif penuh dan dialog, penerjemahan lisan teks tulis, dan
penerjemahan lisan simultan.
“Praktik penerjemahan dengan menggunakan
simultaneous interpreting booths akan dilaksanakan selama dua hari, sehingga
penerjemah akan semakin kompeten melakukan penerjemahan lisan simultan di
konferensi internasional,” kata Farid.
Demin berharap para peserta diklat dapat menjadi
penerjemah lisan andalan, baik bagi instansi terkait maupun instansi lain. Ke
depannya, kata Farid, penerjemah dapat ditempatkan di mana saja dalam rangka
mendukung kinerja pemerintah.
“Dengan Diklat Penerjemahan lisan lanjutan ini, kami
yakin akan lahir para penerjemah lisan yang andal dan mumpuni dalam rangka
mendukung tugas dan fungsi dari kementerian/instansi masing-masing,”
pungkasnya.
Pengajar Profesional Fakultas Ilmu Budaya
Universitas Padjadjaran (FIB Unpad) Rasus Budhoyono yang menjadi pemateri dalam
diklat mengungkapkan bahwa penerjemahan lisan atau interpreting memiliki
tantangan tersendiri bagi para penerjemah.
“Jago Bahasa Inggris jangan besar kepala dulu
sebelum bisa interpreting,” kata Rasus.
Rasus menambahkan, penerjemah lisan membutuhkan
kemampuan otak tersendiri.
Dalam linguistik itu ada cabang ilmu yang namanya
neurolinguistik, yaitu yang menggali ilmu linguistik dalam kaitannya dengan
cara bagaimana syaraf bekerja pada saat bekerja, lalu ada linguistik kognitif
yang mempelajari bagaimana pikiran bekerja.
Kalau diteliti lagi, ketika kita interpreting
misalnya kita berbicara dalam suatu bahasa itu ada kabel yang aktif yang tidak
ada ketika kita berbicara dalam satu bahasa atau language switch, on-off,
on-off, on-off, ujar Rasus.
Sementara itu, Ni Putu Ayu Widar yang merupakan
salah satu peserta pelatihan menyampaikan antusiasmenya untuk mengikuti program
ini.
“Sesuatu yang sangat diperlukan khususnya untuk
penjenjangan penerjemah. Setelah kami mendapat diklat dasar tentunya harus ada
tingkat lanjutannya untuk memenuhi keahlian kami juga,” ujar Ayu.
Ayu menilai kegiatan ini sangat bermanfaat untuk
meningkatkan pengetahuan dan kemampuan sekaligus rasa percaya diri sebagai
seorang penerjemah.
“Buat saya ikut ini pasti sangat-sangat bermanfaat
terutama untuk pengetahuan saya pribadi dan juga untuk semakin membuat kita
percaya diri dengan ilmu yang dikasih, teknik yang dikasih supaya kita bisa
menjadi juru bahasa yang jauh lebih baik,” ujar Penerjemah Ahli Muda dari
Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Kemendikbudristek)
ini.
Senada, Bety Mawarni, Penerjemah Ahli Pertama dari
Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN) menilai bahwa kegiatan diklat ini sangat
diperlukan.
“Penting banget menurutku karena memang bidang saya
di kantor lebih banyak interpreting. Saya memiliki kesempatan untuk belajar dan
kenal tools-tools, sama alat-alat yang biasa digunakan buat interpreting,” kata
Bety.
Bety pun menyambut gembira pelaksanaan diklat yang
dilangsungkan secara tatap muka karena memberikan kesempatan praktik yang lebih
luas.
“Kalau luring kita bisa beneran memakai,
benear-benar dapat merasakan riilnya, ketika interpreting hampir mirip situasi
kalau kita interpreting langsung di event-nya, jadi lebih ada feeling-nya,”
kata Bety.
Bety pun optimistis kegiatan ini memberikan manfaat
bagi para penerjemah pemerintah.
“Saya yakin kegiatan ini sangat bermanfaat juga
karena pengajarnya juga kita udah tahu semua jagonya kaya apa dan semua materi
yang disediakan memang yang dibutuhkan oleh para penerjemah,” pungkas Bety.
Diklat teknis ini diikuti oleh 20 peseta pilihan
yang sebelumnya telah mengikuti diklat teknis tingkat dasar. Peserta berasal
dari Sekretariat Kabinet, Kemendikbudristek, Kementerian Pariwisata dan Ekonomi
Kreatif, Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia.
Kemudian, Kementerian Perindustrian, Kementerian
Kelautan dan Perikanan, Kementerian Pertanian, Sekretariat Jenderal DPR RI,
Komisi Yudisial, Sekretariat Jenderal Dewan Perwakilan Daerah, Badan Pusat
Statistik, BBSN, Lembaga Ketahanan Nasional, serta Pemerintah Provinsi
Kalimantan Tengah.(lys)