Jakarta.Internationalmedia.id.-Untuk meningkatkan strategi diplomasi budaya Indonesia di Amerika Serikat, KJRI San Francisco berdialog dan mernjaring ide dari berbagai komunitas gamelan dan seni di San Francisco (27/03/2022).
Pertemuan digelar di Wisma Indonesia dan dihadiri pengurus utama terdiri dari para cendekiawan, pakar, akademisi dan praktisi dari berbagai organisasi musik dan seni Indonesia di SFBA, mulai dari gamelan Bali, Jawa, Sunda (Degung), rampak kendang, penari, sinden, dan seniman lainnya.
Pertemuan tersebut membahas strategi penguatan diplomasi seni dan budaya Indonesia di wilayah kerja KJRI San Francisco yang mencakup 8 negara begian dan wilayah di Pantai Barat Amerika Serikat (AS).
Konsul Jendral RI di San Francisco, Prasetyo Hadi mengemukakan secara praktis penguatan strategi diplomasi budaya perlu melibatkan berbagai pemangku kepentingan.
“Keterlibatan dan sinergi berbagai pemangku kepentingan terutama kelompok musik dan seniman asal AS, akan semakin mendukung pelaksanaan diplomasi budaya Indonesia," tambahnya.
Berbagai strategi penguatan diplomasi yang telah dibahas termasuk pertukaran program kegiatan pertunjukan hingga beberapa tahun ke depan, rencana kerja sama pergelaran seni budaya Indonesia di berbagai universitas dan sekolah AS, serta sinergi dan kolaborasi tripartit antara Perwakilan RI, komunitas musik dan seni di AS, dan di Indonesia.
Salah satu kelompok gamelan yang hadir adalah Gamelan Sekar Jaya, dipimpin oleh Gillian Irwin – seorang etnomusikologi lulusan Universitas California Davis, yang mahir dalam memainkan alat gamelan dan seni musik tradisional Sunda.
Pimpinan kelompok musik lainnya yang hadir, Amanda Rose Loveland, merupakan Direktur kelompok Gamelan Swarasanti. Sebagai alumnus penerima beasiswa darmasiswa di Institute Seni Budaya Indonesia (ISBI) Bandung tahun 2018, ia lihai dalam memainkan Tari Jaipong dan Tari Topeng.
Ada juga Heather Sansky, yang juga penerima darmasiswa tahun 2008 di ISBI Bandung, yang kini menjadi salah satu koordinator senior sekaligus pemain Gamelan Jegog, Sekar Jaya di Berkeley.
Aspek audiens juga merupakan bagian terpenting dalam diplomasi budaya. Sehingga penampilan seni tradisional Indonesia oleh warga AS dinilai akan menambah artikulasi seni dan daya tarik bagi warga AS lainnya terhadap Indonesia.
“Dedikasi dan kontribusi warga Indonesia di AS pada pertunjukan seni dan budaya patut dihargai, apalagi hal tersebut dilakukan oleh warga AS, tentunya menjadi aset sangat penting pula untuk meningkatkan daya tarik kemegahan budaya tradisional Indonesia”, ujar Konjen Prasetyo.
Indonesia yang masyarakatnya dikenal multikultural dengan beragam budaya, adat istiadat, bahasa, dan nilai-nilai lokalnya juga merupakan modalitas mendasar bagi penguatan citra positif untuk kemajuan sosial dan ekonomi Indonesia.
Dalam hal ini, konektivitas diplomasi budaya pada citra positif yang dibangun akan berdampak pada peningkatan daya tarik Indonesia termasuk beragam potensi ekonomi dan pariwisatanya. Sehingga diplomasi budaya juga dapat mendukung diplomasi ekonomi Indonesia.(marpa)