Bukan tidak sedikit masyarakat terutama masyarakat perantauan yang bernada miring, pesimis, menyebutkan bahwasanya pembangunan Kawasan Danau Toba(KDT) untuk dijadikan super destinasi wisata akan berbuah kegagalan.
Meski masih berupa asumsi serta generalisasi yang tergesa gesa semata namun mampu membuat rasa pesimisme namun bukan tidak bisa pula menyesatkan opini kelak bila tercetus kata sarkastik menuduh puak orang batak yang berdiam seputaran kawasan danau Toba tidak memiliki rasa hospitalitas atau keramah tamahan. Dan pembangunan destinasi di kawasan danau Toba menjadi super destinasi akan utopis dan gagal sebab bukankah faktor keramahtamahan sesuatu yang elementer dan menjadi alat ukur dalam proses produksi pariwisata di dalam destinasi ?.
Sekian tahun yang lalu Bupati Tapanuli Utara Nicson Nababan sudah sangat merindukan adanya Fakultas Pariwisata yang kelak menyokong SDM pariwisata di Tapanuli Utara serta dengan penuh semangat mengundang banyak pakar dari berbagai Pergurua Tinggi yang ada di Jawa khususnya halak hita untuk mengajak mendirikan Universitas Negeri di Tarutung .
Konon Nikson mengandalkan adanya dana yang berlimpah dari hasil produksi panas bumi di Kabupaten Tapanuli Utara. Kala itu saya mewakili golongan akademik Pariwisata menggelarkan seminar posiblitas serta perspektif dari fakultas Pariwisata.
Dalam gelar pendapat, seorang tim guru besar dari UI yang diangkat menjadi boru halak hita secara spontan menuangkan rasa kurang puas dengan kultur Batak yang vulgar terkesan kasar dalam bercakap dengan orang terutama orang luar yang menjadi wisatawan datang berkunjung ketanah Batak memberikan kesan tidak ramah.
Sempat saya tanggapi dengan menyampaikan bahwa meski orang Batak terkesan demikian adalah merupakan keunikan dan bukan menjadi indikator bahwa orang batak berkarakter kriminal untuk ditakuti.Namun dia hanya senyum dengan berdalih bahwa dia punya pengalaman pribadi dengan pedagang asongan di Parapat.
Benarkah halak hita tidak memiliki jiwa keramahtamahan (hospitalitas) yang menjadi factor elementer dalam produk wisata ?. Baru baru ini cerita ini terngiang pula saat saya didaulat menjadi pembicara di IAKN Tarutung dengan topik hospitalitas untuk dievaluasi.
Sesungguhnya dalam sektor industry pariwisata, memang heramahtamahan (Hospitalitas) memiliki arti sebagai kesopanan, keakraban dan juga rasa saling menghormati.
Jika dikaitkan dengan industri pariwisata, dapat diibaratkan bahwa keramahtamahan merupakan roh, jiwa, jantung, dan semangat dari pariwisata itu sendiri.Tanpa adanya keramahtamahan dalam pariwisata, menurut S. Pendit,seluruh produk yang ditawarkan dalam pariwisata itu sendiri seperti benda mati Hospitalitas yang tidak memiliki nilai untuk dijual .
Keramahtamahan atau Hospitalitas berasal dari kata “hospes” yang berarti tamu. Hospitalitas berarti sikap sebagai tuan rumah yang baik. Menurut Henri J.M. Nouwen sering diartikan sebagai keramah-tamahan orang yang suka menjamu, akrab dan dapat menciptakan suasana santai.
Sedangkan dalam bahasa Inggris hospilality didifinisikan sebagai kata friendly yang artinya “ramah” yang murah hati atau dermawan dan memberikan hiburan kepada tamu atau orang baru.
Kadang-kadang sering digunakan untuk memberikan perlakuan istimewa terhadap tamu yang tinggal dan menggunakan fasilitas. Adapun industry keramahtamahan dapat diartikan sebagai bentuk perusahaan yang terlibat dalam penyediaan jasa untuk tamu (Concierge Oxford Dictionary).
Dalam memajukan pariwisata di Indonesia diperlukan fasilitas-fasilitas penunjang yaitu Keramahtamahan Industri. Keramahtamahan Industri merupakan industri yang berhubungan dengan kegiatan keramah-tamahan dalam melayani tamu, keberadaan keramahtamahan Industri di suatu daerah menjadi daya tarik besar bagi wisatawan baik yang tujuannya adalah untuk mencari hiburan maupun untuk tujuan reaksi.
Sebagai suatu Destinasi wisata (DTW), Indonesia menjadi salah satu alasan kuat wisatawan mancanegara untuk berkunjung ke Indonesia dikarenakan keramah tamahan yang dimiliki oleh masyarakat indonesia menjadi kunci wisatawan berkunjung ke negeri ini.
Hal ini merupakan amunisi untuk membangkitkan sektor pariwisata di Indonesia.Ini dikuatkan hasil survei The Smiling Report pada tahun 2009 yang menyebutkan Indonesia merupakan negara yang paling murah senyum, ini menjadikan indonesia makin dikenal di wisatawan asing dengan keramah tamahannya dan kesopanannya.
Salah satu keindahan yang ditawarkan kawasan danau Toba yakni pemandangan indah dari celah Tampahan Balige |
Nah. Searah dengan itu pula maka kriteria pelayanan dalam industri sebagai serangkaian aktivitas yang bersifat tidak kasat mata yang terjadi akibat adanya interaksi antara konsumen dan karyawan dari perusahaan pemberi pelayanan. Maka pelayanan dalam wujud keramah-tamahan menjadi sebuah aspek yang penting dalam memenangkan hati dan loyalitas wisatawan.
Dengan demikian, pelayanan yang diberikan pun harus sebaik dan sesempurna mungkin, agar wisatawan dapat mengulangi kedatangannya kembali (repeater guest) dalam hal ini di tempat wisata(Objek dan daya tarik wisata/ODTW).bersaing.
Diharapkan tempat wisata tersebut dapat berkembang dan memiliki peluang serrta mampu bersaing dengan tempat wisata lainnya yang tentu menawarkan bentuk pelayanan yang berbeda.
Atas dasar tersebut, penulis ingin memaparkan bagaimana pelayanan yang seharusnya diberikan oleh masyarakat serta perusahaan pelayanan jasa terhadap pengunjung, dalam mempengaruhi wisatawan dalam meningkatkan kunjungan wisatawan ke Kawasan Danau Toba.
Sedemikian sulitkah menerapkan pelayanan prima yang diberikan kepada wisatawan yang datang kesebuah ODTW di kawasan danau Toba ?, yakni upaya-upaya penerapan hospitalitas yang dilakukan oleh karyawan dan bentuk kesadaran untuk meningkatkan kunjungan adalah dilakukan melalui salam, penampilan dan sikap.
Pada hal faktor keramahtamahan menurut Sudarto bahwa masyarakat merupakan unsur utama yang dapat memberikan keuntungan ekonomi secara langsung terhadap masyarakat lokal dan memberikan andil dalam pelestarian lingkungan.
Sikap keramah tamahan dalam artian merujuk pada aktivitas kegiatan keramah tamahan yaitu penerimaan wisatawan dan pelayananan untuk para wisatawan dengan kebebasan dan kenyamanan.
Konsep keramahtamahan dikawasan Danau Toba
Tujuan faktor keramahtamahan adalah untuk meningkatkan daya saing dan nilai tambah produk wisata daerah, meningkatkan pertumbuhan ekonomi, mendorong peningkatan kualitas dan kuantitas sumberdaya, serta mengoptimalkan pengelolaan potensi sumber daya pariwisata di kawasan tersebut.
Sementara Keramahtamahan Industri merupakan segala sektor industri yangmempunyai hubungan dengan keramah-tamahan, pelayanan dan hiburan untuk para tamu. Sektor disini terdiri dari akomodasi, layanan makan dan minum, perencanaan perjalanan wisata (Tour and T ravel), dan sarana hiburan.
Jika kita tarik kesimpulan secara umum, Keramahtamahan dapat diartikan sebagai suatu sifat dan sikap beramah-tamah ketika menjamu tamu, dimana tamu yang disambut akan mendapatkan perlakuan yang baik dan membuat kenangan bagi tamu itu sendiri.
Bagi orang yang berkecimpung dalam dunia perhotelan dan pariwisata tentu tidak asing dengan industri keramahtamahan ini. Tidak heran mereka yang juga memahami tentang seluk beluk dari industri keramahtamahan.Namun dari pembekalan yang disampaikan dalam seminar di IAKN tersebut terumbar pula bahwa keramahtamahan tersebut adalah multitafsir mengingat penarafan nya yang bersifat local.
Ada 2 (dua) tolak ukur untuk dipahami bahwa tidak perlu pesimis kebijakan pembanguan pariwisata tidak akan gagal Dua hal tersebut ,pertama bertolak pada karakter halak hita yang selalu bertumpu pada adat kebiasaan dan budaya batak yang sesungguh nya sangat mulia yakni Dalihan Natolu yang menghargai sesama manusia hak yang diunggulkan.
Dalihan Na Tolu adalah filosofis atau wawasan sosial-kulturan yang menyangkut masyarakat dan budaya Batak. Dalihan Na Tolu menjadi kerangka yang meliputi hubungan-hubungan kerabat darah dan hubungan perkawinan yang mempertalikan satu kelompok.
Dalihan Natolu merupakan sebuah konsep yang dapat menjaga kerukunan masyarakatnya, dengan berdasar pada nilai gotongroyong / kebersamaan, kekerabatan yang dilandasi dengan kasih saying y.akni terdiri dari golongan elek marboru,manat mardongan sabutuha dan somba marhula hula.Sangat indah.
Ketiga unsur ini memiliki fungsi dan peran yang saling berhubungan satu sama lain, ini menjadi landasan interaksi masyarakat dalam menentukan kedudukan, hak dan kewajiban masyarakat serta dapat mengendalikan tingkah laku masyarakat dalam kehidupan sosial, budaya, ekonomi sehari-hari.
Adat berisikan aturan-aturan informal, tata cara dan system komunikasi yang bersifat mengikat dan secara keseluruhan dijadikan prinsip dalam menciptakan kehidupan yang teratur bagi warganya.
Dalihan na tolu bagi masyarakat Batak (Toba) merupakan struktur yang memegang peranan yang penting dalam menetapkan keputusan-keputusan serta mengatur keselarasan hidup masyarakat Batak. Sistem marga-marga dalam budaya Batak selain sebagai identitas diri juga berfungsi sebagai pengikat tali persaudaraan yang kuat dalam melakukan interaksi antar sesama.
Kedua ialah masyarakat kawasan danau Toba mayoritas beragama Kristen dan etika Kristen dari gereja manapun ajarannya diawali dengan kehidupan kasih terhadap sesama menjadi “hukum” yang harus dinunuti oleh masyarakat di kawasan destinasi wisata.
Karena itu rekomendasi ialah meski kermahtamahan atau hospitalitas bisa menjadi arena multi tafsir dilihat dari perspektif global. Namun bertumpu dengan dalil bahwa masyarakat kawasan Danau Toba yang umumnya beragama Kristen miliki menjadi sesuatu yang universal menjadikan suri tauladan dalam setiap area Destinasi wisata. serta adat dalihan natolu yakni adat yang mampu mengajari masyarakat memberikan pelayanan prima.
Artinya dengan modal tersebut yang kita miliki maka kita tidak perlu harus pesimis asal sikap peduli serta konsisten merawatnya sebagai kebijakan lokal (living law) yang mampu menunjang pembangunan KDT sebagai super destinasi wisata. Semua komponen masyarakat kawasan harus rela tertantang dan serta berubah. Tidak mudah memang !