Luarbiasa ! kata itulah yang mungkin bisaa kita ungkapkan sebagai penilaian terhadap rangkaian kegiatan yang dipresentasekan dalam acara festival Geopark Toba baru baru ini di dua lokasi yang berbeda secara kontinu yakni di Balige dan Parapat.
Meski bukan sesuatu yang unik tetapi acara ini meski ditengah keprihat inan pandemi Corona tetap mampu menggugah kita akan seni budaya kawasan Danau Toba yang aneka ragam dam kaya akan nuansa yang mampu disodorkan sebagai atraksi wisata di kawasan Danau Toba untuk menarik wisatawan berkunjung khususnya dari daerah asal wisatawan manca Negara.
Acara tersebut berlangsung meriah, dihadiri dan dibuka oleh pengurus Geopark Kaldera Sumut yakni Drs Mangindar Simbolon adalah bernuansa kerakyatan sehingga sodoran kegiatan menyentuh pelbagai segmen yang dimulai dari segmen kebiasaan dari anak anak masa lalu.
Dengan ketrampilan yang menarik dan menghibur seperti gondang,tari tradisional dan kreatifitas dengan presentase kuliner pribumi serta lomba menulis aksara batak yang sudah sering terlupakan diikuti grup grup budaya ,Akademisi dari seluruh sumatara utara dan bahkan dikunjungi oleh pemerintah daerah lain yang berbatasan dengan Sumatra utara.
Hajat yang dilakukan untuk mengenalkan tradisi dan budaya kawasan Danau Toba diharapkan sebagai media promosi untuk memasarkan atraksi wisata sayang hanya mempertontonkan seni tari kreatifitas millennial dengan mengurangi budaya kuno Batak yang sarat dengan asumsi keberhalaan.
Geopark Kaldera Toba
Dewan Eksekutif United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization (UNESCO) yang berkedudukan di Paris, Prancis - menyepakati Kaldera Toba ditetapkan sebagai UNESCO Global Geopark pada Sidang ke-209 Dewan Eksekutif UNESCO di Paris pada 07/07/2020 lalu .
Anggota Dewan Eksekutif menetapkan 16 UNESCO Global Geonpark baru, termasuk Kaldera Toba. Kaldera Toba berhasil masuk daftar UNESCO setelah dinilai dan diputuskan oleh UNESCO Global Geoparks Council pada Konferensi Internasional UNESCO Global Geoparks ke-IV di Lombok, Indonesia, pada tanggal 31 Agustus-2 September 2019.
Melalui penetapan ini, Indonesia dapat mengembangkan geopark Kaldera Toba melalui jaringan Global Geoparks Network dan Asia Pacific Geoparks Network khususnya dalam kaitan pemberdayaan masyarakat lokal Badan Pengelola Toba Caldera UNESCO Global Geopark secara resmi dikukuhkan oleh pemerintah Provinsi Sumatera Utara sesuai dalam SK Gubernur.
Pemerintah meyakinkan UNESCO bahwa Kaldera Toba memiliki kaitan geologis dan warisan tradisi yang tinggi dengan masyarakat lokal khususnya dalam hal budaya dan keanekaragaman hayati. Dalam konteks inilah, negara anggota UNESCO mendukung Kaldera Toba dilestarikan dan dilindungi sebagai bagian dari UNESCO Global Geopark. dan sekaligus juga tanggung jawab bagi Indonesia, khususya bagi masyarakat setempat.
Artinya Pemerintah dan masyarakat setempat berkewajiban untuk meningkatkan dan terus menjaga kelestarian lingkungan Kaldora Toba, dan keutuhan dari Kawasan Kaldora Toba yang terbentuk dari ledakan super volkano 74.000 tahun lalu. Dasar kaldera tersebut dipenuhi dengan air dan menjadi danau terbesar di Indonesia. Keindahan Kaldera Toba dan kekayaan budaya yang dimiliki menjadikan Danau Toba sebagai salah satu tujuan wisata andalan Indonesia yang masuk dalam daftar '10 Bali Baru'.
Enam rekomendasi dari UNESCO kepada Badan Pengelola Geopark Kaldera Toba:
1. Mengembangkan hubungan antara warisan geologis dan warisan teritorial lainnya, seperti biotik alami, budaya, tidak berwujud melalui interpretasi, pendidikan, dan wisata. Termasuk melatih pemandu wisata lokal, operator, dan masyarakat setempat.
2. Mengembangkan strategi kemitraan yang mencakup metodologi dan kriteria yang jelas untuk menjadi mitra.
Poin dua ini berkaitan dengan akomodasi, katering, penyedia transportasi, penyedia aktivitas, dan produsen produk lokal.
3. Memperkuat keterlibatan dalam aktivitas Global Geoparks Network dan Asia Pasifik Jaringan Geoparks untuk mempromosikan nilai di bawah payung Global Geoparks UNESCO.
4. Mengembangkan strategi pendidikan dengan bekerja dalam kemitraan dengan UGGp lainnya.
5. Meningkatkan strategi dan kegiatan pendidikan untuk memfasilitasi mitigasi bahaya alam dan perubahan iklim di sekolah-sekolah dan untuk populasi lokal.
6. Memperkuat keterlibatan UGGp dalam studi penelitian, konservasi, promosi penduduk asli setempat dan budaya serta bahasa mereka.
.
Dikelilingi 7 kabupaten Kawasan geopark Kaldera Toba ditinggali oleh penduduk dari tujuh kabupaten, yakni Simalungun, Toba Samosir, Karo, Tapanuli Utara, Samosir, Dairi dan Humbang Hasundutan. Total populasi berisi 263.978 penduduk. Tiga kabupaten berpenduduk terbanyak adalah Samosir, Toba Samosir, dan Simalungun.
Dengan miliki 16 situs geologi Ledakan super vulkanik itu meninggalkan 16 situs geologi dengan keunikannya masing-masing. Sepuluh di antaranya, yakni air terjun Sipisopiso-Tongging di utara kaldera, Silalahi-Sabungan di barat kaldera, Haranggaol di utara kaldera, Hutan lindung monyet-monyet liar Sibaganding, Taman Eden di timur kaldera, Balige-Liang Sipege di selatan kaldera, air terjun Situmurun Uluan, panorama Hutaginjang plateau, Muara-Sibandang Volkanik, panorama dan taman Sipinsur.
Geopark Kaldera Toba terletak pada 2,88o N – 98,5o 2 E dan 2,35o N – 99,1o E, berada diwilayah Provinsi Sumatera Utara, berjarak 176 km kearah Barat Kota Medan sebagai ibu kota Provinsi.
Sebagai hasil Super Volcano, kawasan ini merupakan kawasan gunungapi raksasa (kaldera volkano-tektonik) yang membentuk danau terluas di Indonesia berukuran sekitar 90 x 30 km2 berada pada ketinggian berjarak 904 meter dpl dengan kedalaman danau terdalam 505 meter.
Kawasan dinding Kaldera Toba memiliki morfologi perbukitan bergelombang sampai terjal dan lembah-lembah membentuk morfologi dataran dengan batas caldera rim watershed Danau Toba seluas daerah 3.658 km² dan luas permukaan danau 1.103 km².
Bersama juri festival Geopark Kaldera Toba |
Daerah tangkapan air ini berbentuk perbukitan (43 %), pegunungan (30 %) dengan puncak ketinggian 2.000 meter di atas permukaan laut dan dataran (27 %) sebagai tempat masyarakat beraktifitas.
Populasi penduduk di Kawasan Geopark Kaldera Toba berjumlah 248.629 jiwa
Fluktuasi debit antara puncak musim hujan dan musim kemarau pada sungai-sungai relatif lebar. Pada puncak musim hujan debit sungai meningkat cepat sebaliknya pada musim-musim kemarau debit sungai-sungai ini sangat rendah Terbagi atas 4 Geoarea (Haranggaol, Sibandang, Samosir, Porsea) dan terdiri dari 44 titik geosite.
Masuknya Geopark Kaldera Toba menjadi UNESCO Global Geopark akan menguntungkan Indonesia, khususnya Sumatera Utara di sektor pariwisata. Investor dan wisatawan mancanegara diyakini akan semakin tertarik dengan kawasan Danau Toba.
Bila melihat jarak tiga kali letusan yang mencapai ratusan ribu tahun, rasanya sang ‘raksasa’ Toba ini masih akan meneruskan tidurnya dalam waktu yang sangat lama.
Bak magnet yang terus-menerus menyedot perhatian dunia, Danau Toba bukan hanya menarik perhatian para turis mancanegara. Para pakar bidang pergunungapian pun tak bosan-bosannya bolak-balik ke kawasan itu demi menguak misteri yang masih tersembunyi.
Kekuatan magnet Danau Toba kian nyata ketika Dewan Eksekutif UNESCO dalam sidangnya yang ke-209 di Paris, Prancis, Selasa (2/7/2020), menetapkan kaldera Toba sebagai Global Geopark atau menjadi warisan dunia yang harus dijaga dengan baik.
Duta Besar RI untuk UNESCO Arrmanatha Nasir mengatakan, melalui penetapan ini Indonesia dapat mengembangkan geopark kaldera Toba UNESCO menilai, kaldera Toba memiliki kaitan geologis dan warisan tradisi yang tinggi dengan masyarakat lokal khususnya dalam hal budaya dan keanekaragaman hayati.
Dalam konteks inilah, negara anggota UNESCO mendukung kaldera Toba dilestarikan dan dilindungi sebagai bagian dari UNESCO Global Geopark. Penetapan kaldera Toba sebagai UNESCO Global Geopark memberikan kesempatan dan sekaligus juga tanggung jawab bagi Indonesia, khususnya bagi masyarakat setempat.
Penetapan kaldera Toba sekaligus mendorong pengembangan perekonomian dan pembangunan berkelanjutan di kawasan tersebut. Melalui pengembangan geopariwisata yang berkelanjutan, terbuka peluang bagi masyarakat setempat untuk promosi budaya, produk lokal, serta penciptaan lapangan pekerjaan yang lebih luas.
Dengan adanya pengakuan dan perhatian dunia terhadap kaldera Toba, pemerintah dan masyarakat setempat berkewajiban meningkatkan dan terus menjaga kelestarian lingkungan dan keutuhan dari kawasan kaldera Toba. Penetapan kaldera Toba sebagai UNESCO Global Geopark, merupakan proses panjang dari upaya bersama berbagai pemangku kepentingan.
Raksasa Tidur serta Laboratorium Terlengkap
Sudah lama Toba digambarkan sebagai gunung raksasa yang sedang tertidur nyenyak. Ratusan ribu tahun silam, tercatat Gunung Toba sudah tiga kali mengalami letusan hebat yang disebut dengan supereruption.
Letusan Gunung Toba terakhir kalinya pada 74.000 tahun silam bahkan membuat lebih setengah permukaan bumi tertutup abu vulkanik selama bertahun-tahun. Kini, jejak peristiwa mahadahsyat itu ditemukan di hampir seluruh permukaan bumi, berupa sisa-sisa abu vulkanik yang menyatu dalam tanah. Di India, ditemukan jejak abu vulkanik Gunung Toba setebal 12 sentimeter.
Craig Alan Chesner seperti dikutip Kompas mengatakan, Toba adalah magnet yang sangat kuat bagi para ahli kaldera seluruh dunia. Misteri letusan terakhir Gunung Raksasa Toba pada 74,000 tahun lalu terus mengusik ketenangan mereka untuk menguaknya melalui serangkaian penelitian dan lokakarya ilmiah.
“Toba selalu membuat kami rindu untuk datang dan datang lagi. Toba ibarat magnet sangat kuat untuk menguak misteri, sekuat letusannya yang terjadi 74.000 tahun silam,” ujarnya.
Untuk ukuran gunung super atau supervolcano, letusan dahsyatnya terbilang masih sangat baru. Jejak letusannya pun terbilang masih utuh dan sangat menggoda para ahli kaldera dunia untuk menelitinya terus-menerus. Kedahsyatan letusan gunung api raksasa (supervolcano) Toba itu bersumber dari gejolak bawah bumi yang hiperaktif.
Lempeng lautan Indo-Australia yang mengandung lapisan sedimen menunjam di bawah lempeng benua Eurasia, tempat duduknya Pulau Sumatra, dengan kecepatan 7 sentimeter per tahun.
Gesekan dua lempeng di kedalaman sekitar 150 kilometer di bawah bumi itu menciptakan panas yang melelehkan bebatuan, lalu naik ke atas sebagai magma. Semakin banyak sedimen yang masuk ke dalam, semakin banyak sumber magmanya.
Kantong magma Toba yang meraksasa disuplai oleh banyaknya lelehan sedimen lempeng benua yang hiperaktif.
Bersama Ketua Geopark Kalders Toba Sumut, Ir Mangindar Simbolon |
Kolaborasi tiga peneliti dari German Center for Geosciences (GFZ) dengan Danny Hilman dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) dan Fauzi dari Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) pada 2010 menyimpulkan bahwa di bawah Kaldera Toba terdapat dua dapur magma yang terpisah.
Dengan dapur demikian, diperkirakan volume magma mencapai setidaknya 34.000 kilometer kubik. Dan itu mengkonfirmasi banyaknya magma yang pernah dikeluarkan gunung ini pada supereruption 74.000 tahun silam.
Penelitian Chesner pada 1991 juga menemukan bahwa magma di Toba masih ada bila melihat jarak tiga kali letusan yang mencapai ratusan ribu tahun, rasanya sang ‘raksasa’ Toba ini masih akan meneruskan tidur panjangnya dalam waktu yang sangat lama namun meski tersebut demikian terasa horror juga.(*)