Menlu RI, Retno Marsudi |
Jakarta.Internationalmedia.id.-Situasi pandemi berpotensi memperkuat dorongan dilakukannya aksi terorisme oleh masyarakat, yang diakibatkan oleh adanya faktor kesulitan ekonomi dan instabilitas sosial.
Hal ini diutarakan Menteri Luar Negeri RI – Retno Marsudi, dalam pernyataannya untuk pertemuan Global Counter Terrorism Forum (GCTF) 11th Ministerial Meeting, yang berlangsung pada tanggal 7 Oktober 2021 secara virtual.
Melalui pernyataan yang disampaikan secara pre-recorded, Menlu RI juga menjelaskan bagaimana fenomena terorisme semakin berkembang pesat mengambil wajah-wajah baru salah satunya dengan memanfaatkan kemajuan teknologi TIK untuk melakukan perekrutan, pendanaan, dan penyebaran ideologi terorisme.
Di samping itu, fenomena radikalisme serta ekstremisme berbasis kekerasan yang dilatarbelakangi oleh motivasi ras, suku, etnis dan agama - juga menjadi semakin marak terjadi di berbagai belahan dunia.
Terdapat dua langkah kolektif yang disebutkan Menlu RI dalam upaya mengatasi hal dimaksud.
Pertama, perlunya memastikan seluruh negara dapat menyesuaikan diri dalam menghadapi tantangan terorisme global yang terus berevolusi. Dalam hal ini upaya bersama dalam mengatasi terorisme harus senantiasa sejalan dengan upaya dalam kerangka PBB, khususnya Global Counter Terrorism Strategy (GCTS) maupun kesepakatan internasional lainnya.
Kedua, pentingnya menerapkan pendekatan yang inovatif dalam upaya pencegahan terorisme, termasuk melalui upaya community empowerment untuk mencegah penyebaran ideologi radikal dan membangun narasi kontra-radikalisasi yang kuat.
Dalam hal ini, Indonesia telah mengesahkan Rencana Aksi Nasional mengenai Pencegahan dan Penanggulangan Eksremisme berbasis Kekerasan (RAN-PE).
Menlu RI juga berharap agar perayaan 10 tahun GCTF, dapat dimanfaatkan sebagai momentum bersama untuk terus meningkatkan kontribusi GCTF, dalam mendorong kerja sama internasional di bidang penanggulangan terorisme.
GCTF merupakan salah satu forum di luar kerangka PBB beranggotakan 30 negara, yang tujuan untuk memobilisasi upaya membangun kerja sama kontra terorisme global. Indonesia sendiri dipercaya sebagai Co-Chairs Working Group on Countering Violent Extremism sejak tahun 2017 hingga 2022 mendatang.(lysmar)