Gubernur Jawa Barat, Ridwan Kamil
Bandung.Internationalmedia.id.-Provinsi Jawa Barat memberikan
sumbangan terbesar terhadap ekspor nasional pada Januari - Juni 2021. Nilainya
mencapai USD16,08 miliar atau 15,63 persen dari total ekspor nasional.
Hal ini seiring dengan terjadinya perbaikan ekonomi global karena
negara-negara tujuan ekspor sudah mulai membuka kembali pintu perdagangannya.
"Ekspor Jabar itu nomor satu. Jadi luar biasa di masa sulit
seperti ini kita cukup tinggi ekspornya," kata Guru Besar Fakultas Ekonomi
dan Bisnis (FEB) Unpad Ina Primiana dalam webinar Dialog Warga: Silih Tulungan
bertajuk Menyikapi Pertumbuhan Ekonomi Jabar di Era Pandemi COVID-19 yang
digelar Satgas Pemulihan dan Transformasi Ekonomi Jabar, Sabtu (14/8/2021).
Ina yang juga Wakil Ketua Harian Satgas Pemulihan dan
Transformasi Ekonomi Daerah (PED) Jabar mengungkapkan ada peluang yang juga
digunakan oleh industri dalam negeri untuk memasuki pasar-pasar yang
ditinggalkan negara lain.
Oleh karena itu, peningkatan ekspor harus terus dijaga. Industri
yang sudah memiliki Izin Operasional dan Mobilitas Kegiatan Industri (IOMKI) harus terus berproduksi secara
maksimal dengan tetap memperhatikan protokol kesehatan.
"Menjaga agar industri esensial bisa tetap produksi dan
terus bertambah dengan prokes ketat, diawasi dan dikomunikasikan kepada polisi
dan satpol PP, terutama yang sudah memiliki IOMKI. Bila industri tidak ketat
prokes dapat ditindak juga secara tegas," ucapnya.
Ina juga menuturkan, aktivitas industri pun dapat dilihat dari
struktur penggunaan barang impor Jabar. Pada periode Januari-Juni 2021 impor
bahan baku mencapai 81,08 persen. Persentase itu meningkat 0,79 persen dari
periode yang sama tahun lalu.
"Artinya industri bergerak, berjalan," ucapnya.
Melihat struktur penggunaan barang impor, Pemda Provinsi Jabar
perlu melihat penurunan barang konsumsi sebagai peluang. Barang konsumsi yang
biasanya impor dapat digantikan oleh barang-barang konsumsi dalam negeri.
"Jadi ada substitusi impor. Diharapkan bisa begitu. Jadi
bisa menggerakkan, atau orang makin banyak yang belanja barang UMKM,"
ucapnya.
"Sejauh mana barang-barang impor itu, terutama yang
konsumsi atau bahan baku dan penolong itu bisa terbantukan oleh substitusi
impor. Karena investasi untuk industri itu cukup tinggi. Jadi kalau tergantikan
substitusi impor bisa mengurangi devisa yang keluar," tutupnya.
Kinerja baik ekspor Jabar sejalan dengan
yang sedang dilakukan Pemerintah Pusat. Presiden Joko Widodo baru saja melepas
ekspor pertanian senilai Rp7,29 triliun ke 61 negara dari 17 pintu pelabuhan
udara dan laut. Dari 514 kabupaten/kota di Indonesia, 293 daerah punya sentra
komoditas pertanian unggulan ekspor.(Ter)