Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil saat telekonferensi bersama Wakil Presiden Maruf Amin perihal perkembangan COVID-19 di Jawa Barat, dari Gedung Pakuan, Kota Bandung, Kamis (22/7/2021)
Bandung.Internationalmedia.id.-
Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil mengatakan, tingkat keterisian tempat tidur
(Bed Occupancy Rate/BOR) rumah sakit untuk pasien COVID-19 kembali menurun. Per
hari ini, angka BOR di Jabar turun ke
angka 75 persen.
Pada 4 Juli
2021 BOR di Jabar sempat menyentuh 90,69 persen. Namun dengan berbagai upaya
yang dilakukan, BOR trennya terus menurun. Hal itu dia laporkan kepada Wakil
Presiden Ma'ruf Amin dalam rapat pnenanganan COVID-19 di Jabar secara virtual
dari Gedung Pakuan, Kota Bandung, Kamis (22/7/2021).
"Berita
baik hari ini BOR kami turun terus dari puncaknya di tanggal 4 Juli itu RS kita
mencapai 90,69 persen. Hari ini sudah turun menjadi 75,16 persen. Sehingga
berita cerita tenda-tenda darurat BNPB seperti di Kota Bekasi itu perlahan
sudah mulai akan dibongkar," ujar Ridwan Kamil.
Adapun
berbagai upaya yang dilakukan untuk mengurangi BOR seperti memperbanyak ruang
isolasi terpusat termasuk di desa/kelurahan. Kemudian menaikkan kapasitas
tempat tidur. Lalu menyiapkan hotel-hotel, apartemen untuk pusat pemulihan
pascarawat.
"Jadi
di hulunya kita tahan di pusat isolasi desa, di akhirnya kita pindahkan ke
pusat pemulihan," kata pria yang kerap disapa Kang Emil.
Mengenai
kasus harian, Ridwan Kamil mengakui masih cukup tinggi meskipun angkanya terus
turun. Secara total, angka kasus aktif COVID-19 di Jabar mencapai 123.000 dan
mayoritas melakukan isolasi mandiri di rumah.
"Secara
umum kasus aktif kita 123.000 ini mayoritas pasien COVID-19 di Jabar ada di rumah-rumah dalam bentuk
isoman. Yang sembuh 405.000 meninggal kurang lebih total 7.611," kata
Ridwan Kamil.
Ridwan Kamil
menjelaskan, naiknya kasus aktif di Jawa Barat bermula saat libur idul fitri
serta adanya varian COVID-19 delta yang
semakin membuat angka kasus tinggi. Sebelum idul fitri, angka BOR Jawa Barat
berada di bawah 30 persen, begitu pun dengan kasus aktif COVID-19 pun masih
berada di bawah rata-rata nasional.
"Varian
delta COVID-19 tidak bisa dibatasi dengan batasan administrasi sehingga isu
naiknya tidak hanya di Jawa Barat tapi di Jawa dan Bali," kata Ridwan
Kamil.
Terkait
dengan tingkat kepatuhan masyarakat PPKM Darurat, Ridwan Kamil menyebut ada
sedikit peningkatan. Khususnya disipin memakai masker, menjaga jarak, dan
mencuci tangan pakai sabun.
"Kita
punya aplikasi untuk mengukur kedisiplinan, 670.000 titik melaporkan melalui
handphone antara periode selama PPKM ada 4 juta manusia yang terpantau.
Hari-hari ini ketaatan menggunakan masker ada di 86 persen menjaga jarak di 85
persen," jelasnya.
Persentase
masyarakat yang diam di rumah selama PPKM Darurat pun meningkat. Meskipun
berdasarkan indeks mobilitas, masih ada beberapa daerah pergerakannya tinggi
pada malam hari khususnya di kawasan industri.
"Kalau
kita gunakan teknologi lain, presentase masyarakat yang di rumah meningkat dari
rata-rata naik 30 persen yang tidak ke mana-mana," sebut Kang Emil.
Di sisi
lain, Ridwan Kamil menyebut Pemda Provinsi Jabar akan terus mengakselerasi
program vaksinasi. Pasalnya, jika dilihat dari presentase vaksinasi di Jawa
Barat masih cukup kurang.
Menurutnya,
hal ini dikarenakan kurangnya pasokan vaksin. Sebenarnya sudah ada stok 10 juta
dosis yang didapatkan dari Pemerintah Pusat, dari jumlah tersebut 72 persen
sudah disuntikkan kepada masyarakat.
Hal ini
dikarenakan banyak daerah yang ‘menabung’ vaksin untuk suntikan dosis kedua.
Oleh karena itu, Ridwan Kamil meminta kepada pemkab/pemkot untuk tidak menunda
vaksin kedua.
"Vaksinasi
hari ini barangnya memang habis dari 10 juta dosis 72 persen sudah direalisasi.
Kemudian atas kebijakan pak Menkes 28 persen jangan ditabung untuk dosis
dua," katanya.(Lys)