Kepala Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura (DTPH) Provinsi Jawa Barat (Jabar) Dadan Hidayat.
Bandung.Internationalmedia.id.-Dinas Tanaman Pangan
dan Holtikultura (DTPH) Jawa Barat (Jabar) sudah menuntaskan seleksi program
Petani Milenial yang akan mengembangkan dua komoditas unggulan, yakni tanaman
hias dan ubi jalar.
Kepala DTPH Jabar Dadan Hidayat mengatakan, pihaknya
melakukan seleksi pada 1.961 pendaftar Program Petani Milenial, di mana
sebanyak 469 lolos menjadi calon petani milenial (CPM). Dari 469 orang tersebut
kemudian dilakukan Pre-Screening oleh bank bjb.
“Diperoleh 428 calon petani milenial, dan sudah
mengumpulkan berkas pengajuan KUR bjb, dan saat ini akan segera diverifikasi
oleh pihak bjb,” kata Dadan.
DTPH Jabar sendiri baru saja menyelesaikan
pembekalan teknis dan dinamika kelompok yang digelar di tiga lokasi, yaitu
Cimenyan untuk 50 orang petani milenial dengan komoditas ubi jalar, Satpel BBH
Margahayu Lembang untuk komoditas tanaman hias dengan jumlah petani milenial sebanyak 198 orang,
dan BBH Pasir Banteng Jatinangor untuk tanaman hias pada 179 orang peserta.
Untuk dua komoditas ini DTPH sudah menjalin kerja
sama dengan pihak offtaker PT Minaqu Indonesia untuk tanaman hias, dan CV SSMB
untuk komoditas ubi jalar.
Dadan
memastikan komoditas tanaman hias memiliki potensi yang menjanjikan, tak
terkecuali untuk tujuan pasar ekspor. Sejauh ini, tanaman hias asal Jabar telah
terbang dan diminati di berbagai negara, seperti ke Amerika Serikat, Jerman,
Korea Selatan, Kanada, Siprus dan Inggris.
Piaknya sudah menyiapkan sedikitnya 16 jenis tanaman
hias sebagai rekomendasi untuk Petani Milenial, antara lain aglaonema pictum,
cyrtosperma hambalii, crystosperma goeldiana, dracaena jiewhoei, homalomena
merah, homalomena hijau, homalomena Papua, piper Papua, raphidophora tenuis hijau, amydrium silver,
alocasia brachifolia, alocasia jacklyn, alocasia lauterbachiana, alocasia
silver scale, alocasia dragon scale.
Selain memiliki peluang pasar, tanaman hias juga
cukup efisien secara modal juga luas lahan. Karena dengan luas shade house
hanya 12 meter persegi, juga modal usaha kurang lebih Rp 50 juta, jika dihitung
setiap bulan, bisa menghasilkan rata-rata sekitar angka Rp16 juta untuk
keuntungan petani milenial.
"Ini juga seperti yang dikatakan Pak Gubernur
kalau bisa luas lahan seminimal mungkin. Contoh untuk tanaman hias dengan hanya
luas 12 meter persegi atau dibulatkan saja menjadi 20 meter persegi, kalau punya luas lahan satu hektare, bisa
menampung 500 orang petani milenial yang meminati tanaman hias," kata
Dadan.
"Kalau untuk komoditas ubi jalar kami
merencanakan untuk penetrasi ada di Kecamatan Cikadu, Kabupaten Cianjur 4
hektare, di Tasikmalaya 2 hektare, di Majalengka 2 hektare dan di Plumbon
Cirebon 2 hektare.
Pertama lahan-lahan tersebut di atas, termasuk di
Cikadu itu masih punya Pemda Provinsi Jabar di bawah kelola Dinas Tanaman
Pangan Holtikultura. Di Cikadu itu kurang lebih ada 20 hektare, namun yang
memiliki sumber air baru 4 hektare untuk ubi jalar dan 4 hektare sudah ditanami
jagung oleh petani milenial juga.
Nah untuk di Cikadu per hektarenya akan dikelola
oleh lima orang. Jadi per orang akan mengelola
2.000 meter lahan," tambahnya.(Ter)