Ketua Komisi II bersama Pengurus Porang
Bandung.Internationalmedia.id.-Perwakilan Petani
Porang, tanaman umbi-umbian Jawa Barat yang tergabung dalam Aspeporin (Asosiasi
Pemberdayaan Porang Indonesia) berkunjung
ke Komisi II DPRD Jabar.
Kedatangan pengurus ini dipimpin Ketua Bidang Pasca
Panen Cip Porang Indonesia DPP Aspeporin, Alisadikin didampingi Ketua DPW
Aspeporin Jabar Ajad Sudrajad bersama anggota.
Mereka diterim oleh Ketua Komisi II DPRD Jabar,Rahmat
Hidayat Djati, S.IP, Sekretaris Komisi II, E Yunandar dan “Presiden Ayam” Heri
Gunawan(Anggota Komisi II), di ruang rapat Komisi II Jabar, Rabu (7/4-2021).
Ketua Komisi II DPRD Jabar Rahmat Hidayat Djati
menyatakan, kedatangan pengurus Aspeporin ke DPRD Jabar untuk berkoordinasi dan
konsultasi sekaligus memohon dukungan dan bantuan bagi para petani pemberdayaan
tanaman Porang.
Selama ini, para petani porang Jabar, belum pernah
mendapat perhatian dan bantuan dari pemerintah Provinsi Jabar, para petani selama ini dalam membudidayakan
porang masih bersifat swadaya .
Untuk itu, mereka datang ke Dewan minta bantuan DPRD
Jabar melalui Komisi II agar dapat perhatian dan bantuan dari pemerintah Provinsi
Jabar, kata Rahmat Djati.
Dikatakan, tanaman porang merupakan salah satu jenis
tanaman umbi-umbian, yang memiliki nilai ekonomi tinggi, harganya bisa 10 kali
lebih tinggi dari gabah padi. Bahkan
perkilogram harganya mencapai Rp. 140ribu/kg sedangkan gabah padi sekitar
Rp.4.600/kg.
Rahmat menambahkan,
dampak pendemi covid-19 , sektor perekonomian mengalami dampak yang luar biasa, hanya sektor pertanian yang masih mampu
bertahan.
Untuk itu, Komisi II DPRD Jabar mendorong pemerintah
Provinsi melalui Dinas Ketahanan Pangan dan Holtikultura (KPH)untuk mendukung
sektor pertanian, termasuk juga para petani Porang.
Tanaman Porang ini, cukup kuat terhadap serangan
dari berbagai jenis hama, untuk itu, hasil pertemuian dengan Aspeporin ini akan
kita tindaklanjuti dengan Dinas KPH
Jabar, agar para petani Porang yang tergabung dalam Aspeporin Jabar dapat
diperhatikan dan diberikan dukungan, baik berupa program pelatihan maupun
bantuan dana, ujarnya.
Ketua DPW Aspeporin Jabar, Ajad Sudrajat mengatakan,
bahwa di Jabar sudah ada beberapa daerah
dijadikan tempat budidaya tanaman porang, di antara di Kabupaten Garut,
Tasikmalaya, Purwakrta, Kab Bandung
Barat, Kuningan dan Majalengka.
Walaupun sudah dapat dibudidayakan di bebergai
daerah di Jabar, namun dalam memenuhi kebutuhan bibit, kita masih kesulitan,
bahkan kita terpaksa beli dari Provinsi Jateng dan Jatim.
Ajad juga mengatakan, bahwa Porang merupakan tanaman umbi-umbian
dan termasuk dalam spesies Amorphophallus Muelleri Blume. Umbi porang
mengandung zat glucomananatau zat dalam bentuk gula kompleks dan serat larut
yang berasal dari ekstrak akar tanaman.
Porang dapat digunakan menjadi makanan alternatif
selain nasi, bahkan porang menjadi komunitas utama pembuatan mie isntan dan
makanan lainnya.Selain itu, Porang dapat digunakan untuk industri kecantikan
dan kesehatan.
Tanaman Porang
Ditempat yang sama Alisadikin (Ketua Bidang Pasca
Panen Cip Porang Indonesia DPP Aspeporin) menambahkan dalam membudidayakan
tanaman umbi porang, dapat dikatakan mudah-mudah sukar.
Hal ini karena tanaman porang membutuhkan Intensitas
cahaya 60 – 70% dengan ketinggian 0 – 700 m, tetapi yang paling bagus pada
daerah dengan ketinggian 100 – 600 m dpl.
Selain itu, dibutuhkan tanah yang gembur/subur dan
tidak bec dengan tekstur tanah lempung
berpasir dan bersih dari alang-ala dan juga Derajat keasaman tanah ideal antara
pH 6 – 7, jelas Alisadikin.
Bibit Porang dapat diperbanyak secara vegetatif dan
generatif (biji, bulbil/katak). Adapun bibit
yang dipilih adalah dari umbi dan bulbil yang sehat. Untuk 1 hektar dapat ditanami 40 ribu bibit
porang.
Sedangkan
masa tanamnya, sebaiknya dilakukan penanaman saat masuk musim penghujan, yaitu sekitar
bulan September atau Oktober. Bibit
porang cukup ditanam sekali.
Setelah bibit yang ditanam berumur 3 tahun, dapat
dipanen selanjutnya dapat dipanen setiap tahunnya tanpa perlu penanaman
kembali. Bahkan 1 hektar dapat menghasilkan sekitar 10 ton umbi porang.
Untuk masa panennya, tanaman porang dapat dipanen untuk pertama kali setelah umur tanaman mencapai 2 tahun, setelah itu, tanaman dapat dipanen setahun sekali tanpa harus menanam kembali umbinya. Dengan waktu panen tanaman porang dilakukan pada bulan April – Juli (masa dorma).
Tanaman porang hanya mengalami pertumbuhan selama 5
– 6 bulan tiap tahunnya (pada musim penghujan). Di luar masa itu, tanaman
mengalami masa istirahat /dorman dan daunnya akan layu sehingga tampak
seolah-olah mati. Padahal sebenarnya tidak mati.
Lebih lanjut, Alisadikin mengatakan, untuk
meningkatkan hasil ekonomi, kita dari Aspeporin membeli dan mengolah terlebih
dahulu umbi porang menjadi cip dipotong / diiris tipis-tipis selanjutnya
dijemur di bawah matahari atau dapat di keringkan melalui open pengering. Umbi porang yang sudah berbentuk cip lebih
mahal dari umbi sebelum diolah.
Cip Porang inilah yang kita ekspor ke Jepang, Cina,
Vietnam, Inggris dan Australia, dibeberapa negara tersebut, memang sangat
membutuhkan cip porang, untuk pembuatan
bahan kecantikan, kesehatan dan makanan., tandasnya.(Ter)