Jakarta.Internationalmedia.id.-KJRI Frankfurt selenggarakan kegiatan Diskusi Reboan Spesial secara daring pada hari jumat (05/02/2021). Tema dari Diskusi Reboan kali ini adalah "Membuat Jamu Gendong Ala Milenial" yang dibawakan oleh Liza Schulz, seorang WNI yang tinggal di Frankfurt.
Pada akhir 2019, berawal dari iseng dan kangen minum
jamu gedong, Ibu Liza mencoba membuat jamu sendiri dari bahan-bahan yang
dititip dari Indonesia untuk konsumsi pribadi dan keluarga.
Lama kelamaan ada teman sesama WNI yang pesan dan
ternyata juga suka dengan jamu buatan Ibu Liza. Di tahun yang sama ia juga
mendirikan Komunitas Jamu Gendong di Jerman melalui akun media sosial Facebook
dan Instagram. Siapa saja baik WNI maupun WNA yang senang minum jamu, bisa
bergabung dalam komunitas ini.
Konsul Jenderal RI di Frankfurt, Acep Somantri dalam
sambutan pembuka menyampaikan bahwa Industri jamu sekarang sudah pesat di
Indonesia dan tibalah waktunya bagi masyarakat Indonesia di luar negeri untuk
mempromosikan jamu sebagai warisan budaya Indonesia.
Lebih lanjut Konsul Jenderal mengatakan, bahwa
"Kita memiliki keunggulan dan kemajuan teknologi dalam memproduksi jamu
dan kita secara bersama perlu mempopulerkannya di mancanegara termasuk di
Jerman ini". Konsul Jenderal RI mengapresiasi upaya Ibu Liza mempopulerkan jamu gendong di Jerman.
Sebanyak lebih dari 50 peserta yang berasal dari Jerman maupun Indonesia mengikuti Diskusi Reboan Spesial yang diselenggarakan secara daring tersebut.
Dalam paparannya Liza menyampaikan bahwa bahan untuk
membuat jamu terdiri atas delapan elemen yaitu rimpang, biji, bunga, batang,
akar, daun, buah dan kulit buah. Orang Jerman sebetulnya sudah mengkonsumsi
‘‘jamu‘‘. Di Jerman banyak terdapat produk-produk bio/organik yang disajikan
dalam bentuk minuman seperti Ginger Shot dan Curcuma Shot.
Minuman-minuman ‘‘modern‘‘ tersebut sebetulnya juga
bisa dibilang jamu karena dibuat dari bahan yang termasuk dalam delapan elemen
yang disebutkan tadi. Oleh sebab itu, Ibu Liza berpendapat bahwa ada peluang
bagi jamu asal Indonesia untuk bisa dinikmati juga oleh orang Jerman asalkan
bisa dikemas dengan lebih modern.
Saat ini Ibu Liza sedang mengikuti kursus untuk
menjadi Acaraki atau Peramu Jamu. Pelatihan ini digelar oleh sebuah perusahaan
jamu di Indonesia. Dalam pelatihan tersebut diajarkan mengenai karakteristik
setiap rempah-rempah dan bagaimana cara mengolahnya dengan benar.
Jika pandemi telah usai, Ibu Liza ingin
mengembangkan usaha jamunya agar bisa dikonsumsi oleh masyarakat Jerman.
Melalui Komunitas Jamu Gendongnya, Ibu Liza terus mengkampanyekan gerakan
membuat dan minum jamu, mengadakan workshop pembuatan jamu, serta safari jamu
gendong ke kota-kota di Jerman.
Wilayah Kerja KJRI Frankfurt mencakup enam negara
bagian yang terletak di sebelah selatan
Jerman yaitu Hesse, Baden Württemberg, North Rhine Westphalia, Bavaria,
Rhineland Palatinate dan Saarland. Jumlah WNI di wilayah kerja KJRI Frankfurt
tercatat 14.200 orang. Ini merupakan jumlah terbesar di wilayah Eropa setelah
Belanda dan Inggris.(lysmar)
(Sumber: KJRI Frankfurt)