Kadisdik Jabar, Dedi Supandi
Bandung.Internationalmedia.id.-Awal
tahun 2021 ini, pembelajaran tatap muka di beberapa sekolah di Jawa Barat
(Jabar) bisa dilakukan secara bertahap dengan prinsip sukarela. Tidak wajib dan
diterapkan secara parsial.
Hal tersebut disampaikan Kepala Dinas Pendidikan
(Kadisdik) Jabar, Dedi Supandi dalam konferensi pers yang digelar di Aula Dewi
Sartika Kantor Disdik Jabar, Jln. Dr. Radjiman No. 6, Kota Bandung, Senin petang(4/1/2020).
"Kenapa dilakukan parsial? Karena, ada
tahapan-tahapan yang akan dilakukan sekolah (untuk pembelajaran tatap muka).
Seperti, verifikasi di level pengawas dan kantor cabang dinas (KCD) dan akan
meminta rekomendasi serta izin (pembelajaran tatap muka) kepada bupati/wali
kota sebagai ketua satgas covid di tingkat kabupaten/kota," tuturnya.
Kadisdik menjelaskan, berdasarkan survei melalui Dapodik,
ada 1.743 sekolah (34,89%) sekolah yang siap melakukan pembelajaran tatap muka.
Namun, itu hanya dalam tahap pertama, yakni kesiapan sekolah.
Menurut Dedi, berdasarkan laporan Disdik
kabupaten/kota di Jabar, ada 12 kabupaten/kota pembelajaran tatap muka secara
parsial yang disesuaikan dengan kondisi dan kebutuhan perkembangan Covid-19 di
wilayah tersebut. Di antaranya, Kabupaten Kuningan, Kabupaten Pangandaran,
Kabupaten Purwakarta, dan Kabupaten Garut.
"Parsial itu misalnya, di satu kabupaten ada
kecamatan yang harus tatap muka, tapi ada juga yag belum diizinkan tatap
muka," jelasnya.
Sedangkan 15 kabupaten/kota lainnya, tambah Kadisdik,
menetapkan melanjutkan pola belajar dari rumah (BDR). Antara lain, Kota
Bandung, Kota Cimahi, Kota Cirebon, Kota Tasikmalaya, Kota Bogor, Kabupaten
Bogor, Kota Depok, dan Kabupaten Bekasi. "Kabupaten/kota yang memilih BDR
akan melakukan evaluasi kembali perkembangan Covid-19 di awal Februari
2021," ungkapnya.
Kadisdik menegaskan, apapun pola pembelajarannya,
satuan pendidikan di Jabar telah siap menyelenggarakan pembelajaran pada 11
Januari 2021. Terlebih, pihaknya sudah meluncurkan Kurikulum Masagi, yakni
implementasi kurikulum nasional berbasis karakter dan based learning dengan
kearifan lokal Jawa Barat.
Kurikulum Masagi, menurut Kadisdik, memberikan
fleksibilitas antara kurikulum nasional dan daerah. "Fleksibilitas
tersebut juga akan memudahkan pembelajaran di masa adaptasi kebiasaan baru saat
ini," pungkasnya.(ter)