Jakarta.Internationalmedia.id.-Pengusaha Indonesia perlu memperhatikan konsep fair trade yang mengedepankan dialog, transparansi dan kesetaraan dengan mitra dagang untuk dapat berhasil menembus pasar Kanada.
Eksportir Indonesia juga didorong untuk
mengedepankan aspek nilai yang sangat diperhatikan negara maju seperti Kanada,
misalnya terkait pemberdayaan perempuan, maupun konservasi hewan langka dan
hutan tropis.
Hal ini disampaikan Konsul Jenderal RI – Toronto,
Leonard F. Hutabarat dalam seminar daring “Tantangan dan Prospek Produk UMKM
Masuk ke Pasar Kanada" yang diselenggarakan oleh Sahabat Desa SDGs Mandiri,(22/01/2021).
Lembaga Export Development Canada (EDC) melaporkan
bahwa impor produk makanan organik oleh Kanada hingga akhir 2020 mencapai CA$ 7
miliar. Indonesia dapat memanfaatkan kenaikan permintaan terhadap produk
makanan organik yang setiap tahunnya naik sebesar 8% dan tidak dapat dipenuhi
secara domestik.
Produk-produk potensial yang dapat dipenuhi
Indonesia antara lain adalah kopi, coklat, lada, vanili, kayu manis dan
rempah-rempah lainnya.
Akses ke pasar Kanada yang memungkinkan bagi pelaku
UMKM Indonesia adalah melalui jalur e-commerce, misalnya melalui Archipelago,
sebuah platform market place di bawah Amazon Kanada yang menjual produk-produk
Indonesia.
Selain itu, pelaku UMKM Indonesia dapat menjalin
kerja sama dengan importir diaspora Indonesia yang telah berpengalaman di
Kanada seperti Oey Trading dan La Rissa Food.
Konjen Leonard juga menggarisbawahi bahwa eksportir
Indonesia perlu memperhatikan syarat-syarat teknis untuk masuk ke pasar Kanada
seperti sertifikasi produk, pangemasan, penggunaan label, ketentuan pembayaran,
dan kapasitas produksi.
Mayoritas pelaku usaha Indonesia menganggap Kanada
bukan merupakan pasar yang menarik. Selain jarak geografis yang jauh, penduduk
Kanada terbilang kecil,yakni kurang dari 40 juta jiwa.
Belum banyak yang mengetahui bahwa Kanada, khususnya
Provinsi Ontario merupakan salah satu hub untuk kawasan perdagangan bebas
Amerika Utara dengan kemudahan akses pasar hingga ke Amerika Serikat dan
Mexico.
Seminar daring tersebut dimoderatori oleh Dr. Ida
Hindarsah, Sekretaris Penghubung Desa SDGs Mandiri Provinsi Jawa Barat, serta
dihadiri oleh lebih dari 150 peserta dari kalangan pelaku UMKM maupun
mahasiswa.
Hadir pula sejumlah narasumberlain seperti Ketua GP
Jamu Indonesia, Dwi Ranny Pertiwi Z., SE, MH, dan Ketua Asosiasi PP Batik
Indonesia, Dr. H. Komarudin Kudiya, S.IP, M.Ds. Keduanya menyampaikan paparan
masing-masing mengenai potensi ekspor produk jamu dan batik nusantara.(marpa)
(Sumber: KJRI
Toronto)