Notification

×

Iklan

Iklan

Menyiasati promosi film Indonesia ke Luar Negeri selama Pandemi

Sabtu, 07 November 2020 | 10:57 WIB Last Updated 2020-11-07T03:59:50Z


Jakarta.Internationalmedia.id.- Pandemi Covid-19 telah berdampak pada berkurangnya produksi dan penayangan film-film Indonesia. Upaya promosi supaya film Indonesia menjangkau mancanegara pun juga terkena imbasnya. Hal-hal inilah yang mengemuka dalam acara diskusi online “Talk on Indonesia: Indonesian Films During the Pandemic" yang diselenggarakan oleh KBRI London (06/11).

 

"Demand akan film Indonesia tidak akan tumbuh kalau kita tidak bangun literasi," kata Ahmad Mahendra selaku Direktur Perfilman, Musik dan Media Baru Kemdikbud RI.

 

Dalam diskusi virtual tersebut, Ahmad Mahendra, bersama dengan dua pegiat film Indonesia, Budi Irawanto (Universitas Gadjah Mada, Asosiasi Dokumenteris Nusantara) dan Ekky Imanjaya (Universitas BINUS) berbagi pandangan dan pengalaman mereka untuk menggenjot kembali kehadiran film Indonesia dalam menjangkau pasar asing.

 

Ahmad Mahendra mengungkapkan bahwa Indonesia belum memiliki skema distribusi film yang mudah diakses oleh masyarakat. Selama ini, film-film Indonesia, baik yang komersial maupun independen, terbantu berkat penyelenggaraan festival film di berbagai tempat.

 

Untuk itu, Kemdikbud RI berencana untuk mengembangkan jejaring ekshibisi dan apresiasi film di Indonesia berupa “Cultural Hub", yaitu ruang aktivitas kebudayaan warga di lingkungan-lingkungan terkecil dan dimotori oleh komunitas setempat.

 

Ahmad Mahendra lebih lanjut memaparkan program-program yang dilaksanakan Kemdikbud RI untuk merespon kondisi perfilman dalam masa Covid-19, seperti kerja sama penayangan film dengan Perwakilan RI di luar negeri termasuk di Maroko dan Vietnam, serta program Indonesiana Films untuk peningkatan kapasitas sineas Indonesia dengan menghadirkan pengajar yang berpengalaman di Hollywood.

 

Budi Irawanto mengamati bahwa di tengah pandemi, dorongan untuk merekam hal-hal di sekitar kita senantiasa menyala di kalangan pembuat film dokumenter, untuk membangun pengetahuan kolektif.

 

Di tengah pandemi ketika orang-orang merasa makin terisolasi, unggahan film dokumenter di berbagai kanal publik justru menjadi ruang untuk berefleksi tentang situasi yang penuh ketidakpastian ini.

 

Film dokumenter dapat membantu memperkenalkan Indonesia di luar negeri karena menunjukkan kenyataan yang kadang luput ditangkap oleh media arus utama karena film dokumenter memberi suara bagi mereka yang tidak bersuara. “KBRI London dapat mengambil peran aktif untuk memperkenalkan film dokumenter Indonesia di Inggris melalui pemutaran di ruang terbuka atau dalam bentuk festival mini," tambahnya.

 

Ekky Imanjaya menekankan perlu adanya pemetaan daftar film Indonesia yang tayang di layanan OTT (over-the-top), seperti Hulu, iFlix, dan Vidio, masyarakat dapat lebih mudah menonton film Indonesia di layanan resmi sambil membantu mengurangi maraknya pembajakan film.

 

Dimaklumi, sudah ada beberapa film Indonesia yang melakukan premiere-nya di layanan OOT, seperti film Guru-Guru Gokil di Netflix. Di masa pandemi ini, juga tumbuh fenomena drive-in, atau menonton layar tancap dari mobil seperti di tahun 80-an. “KBRI London dapat membantu 'mak comblang' film Indonesia dengan layanan OTT di Inggris dan Eropa, serta mempertemukan produser film Indonesia dengan perusahaan distribusi film mancanegara supaya masyarakat asing lebih tertarik untuk menonton," ungkapnya.

 

Acara “Talk on Indonesia: Indonesian Films During the Pandemic" ini adalah bagian pertama dari program-program diskusi virtual Talk on Indonesia yang akan diselenggarakan oleh KBRI London dalam rangka membangun strategi yang lengkap dan komprehensif untuk mendukung promosi kebudayaan Indonesia di luar negeri. Ke depannya, berbagai aspek kebudayaan Indonesia akan diulas di program ini, termasuk sastra Indonesia.(lysmar)

 

 

Jakarta.Internationalmedia.id.- Pandemi Covid-19 telah berdampak pada berkurangnya produksi dan penayangan film-film Indonesia. Upaya promosi supaya film Indonesia menjangkau mancanegara pun juga terkena imbasnya. Hal-hal inilah yang mengemuka dalam acara diskusi online “Talk on Indonesia: Indonesian Films During the Pandemic" yang diselenggarakan oleh KBRI London (06/11).

 

"Demand akan film Indonesia tidak akan tumbuh kalau kita tidak bangun literasi," kata Ahmad Mahendra selaku Direktur Perfilman, Musik dan Media Baru Kemdikbud RI.

 

Dalam diskusi virtual tersebut, Ahmad Mahendra, bersama dengan dua pegiat film Indonesia, Budi Irawanto (Universitas Gadjah Mada, Asosiasi Dokumenteris Nusantara) dan Ekky Imanjaya (Universitas BINUS) berbagi pandangan dan pengalaman mereka untuk menggenjot kembali kehadiran film Indonesia dalam menjangkau pasar asing.

 

Ahmad Mahendra mengungkapkan bahwa Indonesia belum memiliki skema distribusi film yang mudah diakses oleh masyarakat. Selama ini, film-film Indonesia, baik yang komersial maupun independen, terbantu berkat penyelenggaraan festival film di berbagai tempat.

 

Untuk itu, Kemdikbud RI berencana untuk mengembangkan jejaring ekshibisi dan apresiasi film di Indonesia berupa “Cultural Hub", yaitu ruang aktivitas kebudayaan warga di lingkungan-lingkungan terkecil dan dimotori oleh komunitas setempat.

 

Ahmad Mahendra lebih lanjut memaparkan program-program yang dilaksanakan Kemdikbud RI untuk merespon kondisi perfilman dalam masa Covid-19, seperti kerja sama penayangan film dengan Perwakilan RI di luar negeri termasuk di Maroko dan Vietnam, serta program Indonesiana Films untuk peningkatan kapasitas sineas Indonesia dengan menghadirkan pengajar yang berpengalaman di Hollywood.

 

Budi Irawanto mengamati bahwa di tengah pandemi, dorongan untuk merekam hal-hal di sekitar kita senantiasa menyala di kalangan pembuat film dokumenter, untuk membangun pengetahuan kolektif.

 

Di tengah pandemi ketika orang-orang merasa makin terisolasi, unggahan film dokumenter di berbagai kanal publik justru menjadi ruang untuk berefleksi tentang situasi yang penuh ketidakpastian ini.

 

Film dokumenter dapat membantu memperkenalkan Indonesia di luar negeri karena menunjukkan kenyataan yang kadang luput ditangkap oleh media arus utama karena film dokumenter memberi suara bagi mereka yang tidak bersuara. “KBRI London dapat mengambil peran aktif untuk memperkenalkan film dokumenter Indonesia di Inggris melalui pemutaran di ruang terbuka atau dalam bentuk festival mini," tambahnya.

 

Ekky Imanjaya menekankan perlu adanya pemetaan daftar film Indonesia yang tayang di layanan OTT (over-the-top), seperti Hulu, iFlix, dan Vidio, masyarakat dapat lebih mudah menonton film Indonesia di layanan resmi sambil membantu mengurangi maraknya pembajakan film.

 

Dimaklumi, sudah ada beberapa film Indonesia yang melakukan premiere-nya di layanan OOT, seperti film Guru-Guru Gokil di Netflix. Di masa pandemi ini, juga tumbuh fenomena drive-in, atau menonton layar tancap dari mobil seperti di tahun 80-an. “KBRI London dapat membantu 'mak comblang' film Indonesia dengan layanan OTT di Inggris dan Eropa, serta mempertemukan produser film Indonesia dengan perusahaan distribusi film mancanegara supaya masyarakat asing lebih tertarik untuk menonton," ungkapnya.

 

Acara “Talk on Indonesia: Indonesian Films During the Pandemic" ini adalah bagian pertama dari program-program diskusi virtual Talk on Indonesia yang akan diselenggarakan oleh KBRI London dalam rangka membangun strategi yang lengkap dan komprehensif untuk mendukung promosi kebudayaan Indonesia di luar negeri. Ke depannya, berbagai aspek kebudayaan Indonesia akan diulas di program ini, termasuk sastra Indonesia.(lysmar)


KBRI London

 

×
Berita Terbaru Update