Ir.Ivan PP |
Oleh: Ir Ivan PP, Ketua DPP Bangkit Nusantara
Pada waktu mulai dikumandangkannya Gibran Rakabuming Raka akan mencalonkan diri
sebagai Calon Walikota Solo, saya juga salah seorang yang kurang sreg bahkan
dalam hati menentang sama seperti kebanyakan orang. Politik Dinasti, Dinasti
Politik, KKN, Aji mumpung, demikianlah satire publik , sayapun menyetujui dalam
hati dan pikiran pada waktu itu.
Apalagi di Medan, Bobby Nasution juga mencalonkan
sebagai Calon Walikota Medan. Genaplah kejengkelan dalam hati, " Kenapa harus seperti ini ?". Tak
terbendung rasa kecewa muncul.
Namun, setelah saya berkunjung ke 2 kota itu, Medan
Kota kelahiran dan tempat saya dibesarkan, Solo kota leluhur istri
saya/Mangkunegaran, mengkaji permasalahan yang ada, banyak diskusi dengan
teman-teman disana. Akhirnya saya dapat mengerti bahwa kalau Medan dan Solo mau lebih maju
lagi dan lepas dari keterikatan masalah
selama ini, khususnya Medan, memang harus mereka berdua inilah yang perlu diberi kesempatan memimpin
di kota -kota ini.
Medan dalam 3 periode Kepemimpinan sebelumnya mulai
dari Walikota Abdillah, Walikota Rahudman Harahap, dan terakhir Walikota Dzulmi Eldin semuanya tersandung kasus Korupsi/KPK dan berhenti ditengah
jalan.
Terbayang sangat terganggunya pembangunan Kota Medan
dalam kurun waktu yang panjang gara-gara
ini semua. Akhirnya masyarakat Kota Medan sendiri yang sangat rugi.Banyak
pembangunan kota yg tidak berjalan sebagaimana mestinya.Jalan berlobang lobang
sudah dilihat sendiri oleh Presiden Jokowi ketika berkunjung ke kota Medan.
Demikian juga Solo, meskipun tidak punya masalah
seperti di Medan, tapi kalau dilihat dari potensi dan warisan budaya yang
begitu tinggi serta warisan sejarah yg begitu kaya, seharusnya Solo majunya
bisa lebih dari yg sekarang. Memang sejak kepemimpinan Pak Jokowi dan kemudian
Pak Rudy, Solo memang bergerak maju terus. Tapi dalam analisa saya, banyak
orang juga, dengan potensi besar yg
dimiliki Kota Solo, seharusnya majunya melompat bukan bergerak biasa.
Dua anak muda ini Gibran(33) dan Bobby (29), memang
masih sangat muda dalam usia sebagai pemimpin publik/ masyarakat bila
dibandingkan dengan kelaziman selama ini, meskipun latarbelakang pendidikan
mereka cukup mumpuni. Tapi harus diakui pengalaman di dalam kepemimpinan
politik memang belum ada.
Dan menjadi kader partai juga baru.Inilah yg banyak
diragukan masyarakat dan jadi semacam kritik pedas juga. Tapi saya akhirnya mendapat suatu
jawaban yg meyakinkan di hati tentang keraguan-keraguan ini. Ya, benar memang
mereka masih sangat muda, ya, benar memang mereka belum punya pengalaman di
dunia politik, tetapi apa yang melekat di dalam diri mereka berdua, ini yang menjadi sangat penting yaitu yang
membuat mereka bila memimpin nanti akan memiliki Strongth Leadership(sebagai
putra dan mantu Presiden.)
Strongth Leadership inilah yang menurut hemat saya
sesuatu yang sangat dibutuhkan untuk Kota Medan keluar dari keterikatan masalah
klasiknya selama ini dan Solo dapat melakukan lompatan kemajuan, bukan bergerak
linear seperti biasa.
Bila sudut pandang berpikir seperti ini yg kita pakai
pastilah mereda kritikan kita, bahkan mungkin balik menyetujui. Suatu hasil yang
extraordinary diperoleh dari cara berpikir dan bertindak yang extraordinary
pula. Medan tidak bisa diselesaikan dengan cara yang biasa. Memang Gibran, Solo
dan Bobby Medan bukan urusan yang biasa. Solusinya harus Out of the Box".
Mari kita lihat sekarang tentang Gibran dan Solo.
Saya bertemu Gibran tgl 28 Oktober 2020 yang lalu di
Solo dalam suatu acara yang kami Organ
Nusantara Bangkit adakan yaitu
"Masa Pandemi Gibran Peduli Seniman Solo; 15 Pelukis Solo melukis
Gibran."
Saya mendengar langsung Mas Gibran memberi sambutan
pada acara itu. Berdampingan dengan jarak yang dekat. Terus terang saya
merasakan ada aura kepemimpinan yg kuat di dalam personalitinya Mas
Gibran, bukan sekedar karena statusnya
sebagai anak Presiden. Tapi saya melihat
memang di dalam dirinya
sendiri punya kharisma, potensi dan
talenta yang besar yang dianugerahkan Tuhan kepada dia.
Tadi malam, Jumat 6 November, setelah melihat debat
Perdana Calon Walikota Solo, saya semakin di yakinkan lagi bahwa Gibran
Rakabuming Raka memang pantas diberi kesempatan
memimpin Kota Solo 2020-2025. Sekali lagi saya diyakinkan, bukan karena
Mas Gibran anak Presiden tapi memang dirinya sendiri punya talenta dan potensi
yang besar.
Kualitas jawaban-jawabannya sangat baik, mengalir,
tertata dan sistematis.Meskipun menjawab dalam waktu singkat,namun bisa
merangkum semua inti persoalan dalam kalimat- kalimat yang singkat dan tepat
waktu. Sesuatu yang tidak mudah.
Jadi kalau Debat tadi
malam itu terdiri dari 5 Sesi maka
siapapun pasti setuju Pasangan Gibran-Teguh mencukur habis Pasangan Bajo,
telak, 5-0. Semoga.(*)