Gubernur Jabar, Ridwan Kamil
Jakarta.Internationalmedia.id.Ujicoba vaksin
Covid-19 telah memasuki fase 3 dan melibatkan ribuan relawan. Salah satu dari
1.620 relawan yang ikut serta ujicoba fase 3 di Universitas Padjajaran Bandung
beberapa waktu lalu ialah Gubernur Jawa Barat, Ridwan Kamil.
Ia sendiri mengaku meski menjadi bagian pemerintah
yang menangani langsung, merelakan dirinya untuk menjadi salah satu dari 1.620
relawan vaksin Covid-19. Ridwan Kamil meyakinkan masyarakat bahwa uji klinis
vaksin yang dilaksanakan di Universitas Padjajaran Bandung melalui tiga tahap
fase uji klinis beberapa waktu lalu dan disaksikan Presiden Joko Widodo.
"Tahap satu vaksin disuntikkan pada relawan yang
jumlahnya dibawah 100 orang. Tahap dua, disuntikkan pada relawan dengan jumlah
antar 100 hingga 1000 orang. Dan tahap tiga untuk relaaan diatas 1000 orang dan
tepatnya 1.620 relawan," ia berbagi cerita dalam wawancara yang dilakukan
oleh Juru Bicara Satgas Penanganan Covid-19 dr Reisa Brotoasmoro, yang
disiarkan kanal YouTube Sekretariat Presiden, Jumat (9/10/2020).
Pengalamannya dalam menjalani uji coba itu syaratnya
harus mendatangi hingga 5 kali kunjungan. Pertama melakukan tes PCR, rapid test
dan sejenisnya untuk pengkondisian. Kunjungan kedua, menerima suntikan vaksin
tahap satu, kunjungan ketiga disuntikkan tahap kedua, kunjungan keempat dan
kelima diambil darahnya untuk dicek reaksi dari vaksin yang disuntikkan.
"Apakah setelah disuntik vaksin, di dalam tubuh
saya ini antibody berlimpah atau tidak. Nah, kalau berlimpahnya sampai 90%,
berarti badan saya siap melawan virus Covid-19 yang akan menyerang tubuh saya.
Pengambilan darah kedua akan dilakukan Desember 2020 dan untuk melihat
hasilnya," ujarnya. Nah kalau hasil uji darah Desember kelak berhasil,
maka produksi vaksin secara massal baru bisa dimulai dan dilanjutkan vaksinasi
massal.
Memang ia mengatakan upaya yang dilakukan pemerintah
ini tidaklah mudah. Dan masih ada kelompok-kelompok masyarakat yang meragukan
keamanan vaksin. Bahkan Ridwan yang mengikuti proses relawan vaksin pun
dituding hanya berpura-pura atau menyebarkan hoaks (berita bohong), ketika
fotonya saat proses pengambilan darah diunggah akun media sosial pribadinya dan
beredar luas di media sosial.
"Persepsi publik, orang-orang yang tidak paham
menyangka saya bohong. Karena menurut yang tidak paham, jarum suntik itu masih
seperti model yang lama, padahal dalam tes vaksin menggunakan jarum suntik
modern yang disebut vacutainer," ungkapnya.
Makanya ia meminta masyarakat yang tidak paham
tentang prosesnya, jangan berkomentar yang memprovokasi. Sebaliknya, ia
menyarankan warga untuk bertanya agar memahami prosesnya. Ia pun meyakinkan
masyarakat bahwa sejauh ini yang ia rasakan, tidak ada dampak medis yang
ditimbulkan akibat vaksin tersebut.
Diberitakan sebelumnya, hingga saat ini terdapat
beberapa kandidat vaksin Covid-19 yang akan digunakan di Indonesia. Diketahui
kandidat itu di antaranya vaksin Merah Putih yang dikembangkan oleh Kementerian
Riset dan Teknologi, Badan Riset dan Inovasi Nasional serta Lembaga Biologi
Molekuler Eijkman.
Ada pula kandidat vaksin kolaborasi Bio Farma dengan
Sinovac dari Tiongkok, Kimia Farma dengan G42 dari Uni Emirat Arab, dan Kalbe
Farma dengan Genexine dari Korea Selatan. Demikian, Tim
Komunikasi Komite Penanganan Corona Virus Disease 2019 (Covid-19) dan Pemulihan
Ekonomi Nasional (Ter)