Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil saat menghadiri pertemuan dengan pelaku UMKM dari sejumlah daerah di Hotel Tentrem, Kota Semarang, Minggu (25/10/20). (Foto: Rizal/Humas Jabar)
Semarang.Internationalmedia.id.-Usaha Mikro, Kecil,
dan Menengah (UMKM) berperan signifikan dalam perekonomian Indonesia, termasuk
Jawa Barat (Jabar). Namun, pandemi COVID-19 membuat banyak para UMKM
tertatih-tatih.
Gubernur Jabar Ridwan Kamil berupaya menggerakkan
roda produksi UMKM yang melambat karena pandemi. Salah satunya mempromosikan
produk UMKM via media sosial pribadinya.
Dengan syarat, mesti terlibat dalam proses desain
supaya bisa menjalin ikatan emosional dengan produk tersebut. Apalagi, ia
memiliki latar belakang sebagai arsitek.
"Dari cerita UMKM yang terdampak COVID-19, saya
bertanya, apa yang bisa saya bantu? Ternyata saya punya aset pribadi, yaitu
jumlah pengikut (media sosial). Sehingga unggahan saya gampang viral. Amplikasi
itu saya manfaatkan untuk hal-hal positif," kata Ridwan Kamil usai bertemu
dengan para pelaku UMKM dari sejumlah daerah di Hotel Tentrem, Kota Semarang,
Minggu (25/10/2020).
Dalam pertemuan tersebut, ada tujuh pelaku UMKM dari
sejumlah daerah. Mulai Pekalongan sampai Yogyakarta. Kepada Ridwan Kamil,
mereka bercerita soal dampak pandemi COVID-19 dan keunggulan produknya.
Dikatakan, UMKM bisa membangkitkan ekonominya dengan
dukungan terhadap ekosistem baik dari sisi pemasaran maupun kualitas produk,
termasuk dengan meningkatkan kualitas dari segi desain produk.
"Selain promosi media sosial, saya juga
memberikan masukan untuk desainnya, karena kebetulan saya punya skil desain.
Misalnya desain sepatunya, desain tasnya. Jadi konsepnya kolaborasi promosi dan
desain," ucapnya.
Menurut Gubernur, banyak pelaku UMKM yang ingin
berkolaborasi. Namun, ia melakukan kurasi karena tidak mungkin dapat mendesain
dan mempromosikan semua produk UMKM di Indonesia.
Terdapat sejumlah indikator dalam tahap kurasi.
Selain kualitas, produk pelaku UMKM harus memiliki gerakan sosial (social
movement).
"Semoga saya bisa memberikan manfaat bagi orang
lain dan lintas dimensi. Dan saya rasa itulah esensi hidup," katanya.
Salah satu pelaku UMKM asal Pekalongan, Asfa Fuadi,
menceritakan latar belakang dirinya membuat produk fesyen berbahan kain tenun.
Salah satunya untuk menyelamatkan eksistensi penenun asli Pekalongan.
"Sebelum pandemi saja, banyak penenun yang
meninggalkan profesinya karena pendapatan menurun drastis," kata Asfa.
Penurunan pendapatan penenun, kata Asfa, karena
produk yang dihasilkan monoton. Tidak sesuai keinginan pasar dan perkembangan
fesyen. Berangkat dari situ, ia mulai menciptakan fesyen menarik berbahan
tenun.
"Supaya penenun kembali menenun, saya ciptakan
produk yang sesuai keinginan pasar supaya banyak dicari masyarakat. Dengan
begitu, regenerasi penenun bisa dilakukan," ucapnya.
Akan tetapi, pandemi COVID-19 membuat penghasilan
Asfa berkurang lebih dari 90 persen. Roda produksi benar-benar melambat karena
jarang ada pembeli.
Oleh karena itu, Asfa berharap dengan kolaborasi
bersama Kang Emil, usahanya berangsur pulih dan produknya semakin variatif
serta menarik.
"Saya ucapkan terima kasih kepada Pak Ridwan
Kamil. Ini bentuk kolaborasi yang teman-teman (para pelaku UMKM)
harapkan," katanya.(mar)