Kereta Cepat Bandung-Jakarta
Bandung.Internationalmedia.id.- Gubernur Jawa Barat,
Ridwan Kamil terus mendorong percepatan pembangunan akses penghubung Kereta
Cepat Bandung-Jakarta sepanjang 130 km.
Diharapkan, akhir tahun 2020 moda transportasi
kereta cepat ini sudah selesai digarap 70 persen.
Meski begitu, Ridwan Kamil menegaskan bahwa
Pemerintah Daerah (Pemda) Provinsi Jabar akan mendukung keputusan pemilihan
moda transportasi terintegrasi yang akan dibangun selama memudahkan dan
memberikan manfaat bagi masyarakat.
Proyek pembangunan kereta cepat Jakarta-Bandung
menjadi salah satu Proyek Strategis Nasional (PSN) di Provinsi Jawa Barat
(Jabar). Nantinya, terdapat empat stasiun pemberhentian dalam rute tersebut,
yakni Stasiun Halim, Karawang, Walini, hingga Stasiun Tegalluar di Kabupaten
Bandung.
Terkait proyek kereta cepat Jakarta-Bandung,
Gubernur Jabar Ridwan Kamil berharap, moda transportasi penghubung antara
Stasiun Tegalluar ke pusat Kota Bandung dapat segera diputuskan oleh
Kementerian Perhubungan (Kemenhub) Republik Indonesia (RI) dan PT Kereta Cepat
Indonesia China (KCIC).
Hingga kini, ia menilai rencana pembangunan jalur
Light Rail Transit (LRT) dengan double track sebagai penghubung menuju stasiun
di Kota Bandung belum memiliki kepastian.
"Satu hal yang masih belum diputuskan secara
jelas (dalam proyek kereta cepat Jakarta-Bandung) adalah penghubung dari
stasiun terakhir di Tegalluar menuju Kota Bandung. Apakah LRT, harus segera
diputuskan. Saya lihat dari Kemenhub dan KCIC belum fix memutuskan," kata
Ridwan Kamil saat menjadi narasumber web seminar KCIC “Future Now Urbanities
Lifestyle, Lebih Cepat Lebih Dekat” melalui konferensi video dari Gedung
Pakuan, Kota Bandung, Kamis (15/10/20).
"Kami dukung keputusan pemilihan moda
transportasinya dan kami doakan lancar. Apa pun itu (transportasi
penghubungnya), waktu sudah mendesak dan saya mengajak mari segera putuskan
pilihan yang paling rasional," ujar Gubernur.
Dalam seminar secara virtual itu, Gubernur juga
menjelaskan bahwa pembangunan jalur kereta cepat Jakarta-Bandung sepanjang
142,3 kilometer itu turut mendukung lahirnya tiga pusat pertumbuhan ekonomi
baru di Jabar, yakni Transit Oriented Development (TOD) alias pengembangan yang
mengintegrasikan desain ruang kota untuk menyatukan orang, kegiatan, bangunan,
dan ruang publik dengan konektivitas yang mudah di Karawang, Walini, dan
Tegalluar.
"Dengan kereta cepat, tiga pusat pertumbuhan
baru akan lahir. Jadi jalur transportasi ini jangan dilihat hanya dari mewadahi
kebutuhan volume pergerakan mobilitas eksisting, tapi juga jadi alasan
melahirkan gagasan kota baru," tutur Gubernur.
Di masa depan, ia menambahkan, masyarakat akan
memiliki pilihan tempat tinggal selain di kawasan metropolitan Jabodetabek atau
Bandung Raya. TOD di area pusat kota baru Tegalluar, Walini, atau Karawang pun
menjadi pilihan di karena di masa depan efektivitas bukan lagi mengenai jarak
tetapi waktu.
"Kalau ditanya berapa jauh Jakarta-Bandung?
Jawaban konvensional biasanya 130 kilometer, tetapi di masa depan jawabannya
adalah 36 menit. Jadi waktu akan menjadi kata kunci baru dalam mempersepsikan
sebuah jarak (di masa depan)," kata Gubernur.
Sementara itu, Direktur Prasarana Perkeretaapian
Direktorat Jenderal Perkeretaapian Kemenhub RI Heru Wisnu Wibowo berujar, moda
transportasi penghubung stasiun Tegalluar ke pusat Kota Bandung akan diputuskan
bulan depan.
"Banyak alternatif, saya harap di bulan depan
sudah diputuskan," ujar Heru.
Ia mengatakan, Kemenhub pun terus berkoordinasi
dengan PT KCIC terkait penentuan lokasi yang paling efektif. Namun, pihaknya
memastikan, pola pembangunan tersebut menggunakan sistem Business to Business
(B2B) bukan kerja sama pemerintah dan badan usaha.
"Kita terus koordinasi dengan KCIC terkait
dengan lokasi fasilitas integrasi yang paling efektif," kata Wisnu.
"Untuk fasilitas integrasinya ini nanti akan
disiapkan oleh investor bukan pemerintah, karena kereta cepat ini investasi
swasta," ucapnya.(Ter)