Notification

×

Iklan

Iklan

Terkait Konflik Ankara-Athena, Turki Kecam Pernyataan Presiden Perancis

Jumat, 11 September 2020 | 08:59 WIB Last Updated 2020-09-11T01:59:40Z
Kapal-kapal perang Yunani ikut serta dalam latihan militer di Laut Tengah.

Jakarta.Internationalmedia.id.- Turki mengutuk pernyataan Presiden Perancis, Emmanuel Macron, yang ikut campur mengenai konflik antara Ankara dan Athena atas hak eksplorasi Mediterania Timur.

Dalam sebuah pernyataan yang dikeluarkan pekan ini, Kementerian Luar Negeri Turki mengatakan Macron telah membahayakan kepentingan Uni Eropa dengan sikap individualnya.

Sebelumnya pada hari Kamis (10/9), Macron mengeluarkan statemen anti-Turki dalam diskusinya bersama Perdana Menteri Yunani, Kyriakos Mitsotakis.

Macron dan Mitsotakis sama-sama menghadiri pertemuan MED7 di Pulau Corsica, Perancis, dengan para pemimpin Portugal, Spanyol, Italia, Siprus dan Malta.

Dalam pertemuan itu Macron mendesak Eropa agar bersatu dan bersuara jelas terhadap Turki. Bahkan dia menyatakan Ankara bukan lagi mitra karena tindakannya di Mediterania dan Libya.

"Kami orang Eropa harus jelas dan tegas terhadap Presiden Recep Tayyip Erdogan dan perilakunya yang tidak dapat diterima," kata Macron, dilansir dari Al Jazeera, Jumat (11/9).

Seperti diketahui, ada kekhawatiran akan konflik yang meletus setelah Turki dan Yunani bersaing untuk menguasai cadangan minyak dan gas di Mediterania Timur.

Tanggal 10 Agustus lalu Turki mengerahkan kapal penelitian Oruc Reis dan armada kapal perang pengawal ke perairan antara Siprus dan Pulau Kastellorizo ??serta Pulau Kreta di Yunani. Bahkan masa tinggal kapal-kapal tersebut di perairan yang diperebutkan telah diperpanjang sebanyak tiga kali.

Sementara Yunani menanggapi hal itu dengan mengadakan latihan angkatan laut dengan beberapa sekutu Uni Eropa dan Uni Emirat Arab, tidak jauh dari lokasi kapal-kapal Turki di antara Siprus dan Kreta.

Mitsotakis mengatakan bahwa Uni Eropa harus menjatuhkan sanksi kepada Turki, kecuali Ankara menarik kekuatan maritimnya dari wilayah sengketa di Mediterania Timur.

"Akhir bulan ini para pemimpin Uni Eropa akan bertemu dalam sesi khusus untuk memutuskan bagaimana sikap kami," tulis Mitsotakis di London Times, Frankfurter Allgemeine Zeitung dari Jerman dan surat kabar Prancis, Le Monde.

"Jika Turki menolak, saya tidak melihat pilihan selain sesama pemimpin Eropa untuk menjatuhkan sanksi yang berarti. Karena ini bukan lagi hanya tentang solidaritas Eropa. Ini tentang mengakui bahwa kepentingan vital, kepentingan strategis Eropa," sambungnya.

"Masih ada waktu bagi Turki untuk menghindari sanksi, untuk mengambil langkah mundur, dan untuk memetakan jalan keluar dari krisis ini. Turki hanya perlu menahan diri dari aktivitas angkatan laut dan ilmiahnya di perairan yang tidak dibatasi, dan mengekang retorika agresifnya," tukas Mitsotakis.

Sementara Ankara mengatakan pihaknya memiliki hak untuk melihat kawasan itu dan menuduh Athena telah mencoba mengambil bagian sumber daya maritim secara tidak adil.

Duta Besar Turki untuk London, Umut Yalcin, menulis dalam sebuah surat kepada The Guardian bahwa Ankara siap untuk berdialog.

"Turki telah mengundang pihak-pihak terkait untuk terlibat dalam negosiasi berdasarkan hukum internasional dan prinsip keadilan sejak tahun 2003 untuk penetapan zona ekonomi eksklusif. Namun pihak Yunani tidak pernah terlibat dalam dialog yang tulus. (Mereka) menunda dan menghindari negosiasi konkret," tulis Yalcin.(*)

×
Berita Terbaru Update