Anjing Bernyanyi di Papua |
Jakarta.Internationalmedia.id.-Anjing ‘bernyanyi’
sempat dianggap telah punah di alam liar sekira 50 tahun lalu ditemukan di
Puncak Jaya, Papua. Disebut anjing ‘bernyanyi’ karena ketika melolong, suara
yang dikeluarkan dalam nada tinggi tersebut terdengar naik turun seperti
berirama.
Kepastian bahwa anjing ini tidak punah didasarkan
pada analisis DNA yang rinciannya dimuat dalam jurnal ilmiah “Proceedings of
the National Academy of Sciences.”
Sebelum studi ini, anjing ‘bernyanyi’ Nugini mendapat
julukan jenis anjing paling langka dan paling kuno yang masih bertahan. Namun
predikat tersebut sekarang lebih layak disematkan kepada anjing ‘bernyanyi’
yang ditemukan di pegunungan tinggi di Papua.
Anjing bernyanyi Nugini hidup di pusat-pusat
konservasi atau di kebun binatang dan diperkirakan sudah tidak ada lagi di alam
liar. Penemuan anjing bernyanyi di alam liar oleh peneliti lapangan bernama
James McIntyre mematahkan asumsi tersebut.
Ia berhasil mendapatkan sampel DNA anjing ini dan
setelah dianalisis disimpulkan bahwa anjing ‘bernyanyi’ Nugini dan anjing
‘bernyanyi’ yang ditemukan di dataran tinggi di Papua sangat mirip.
"Saat ini ada sekira 300 anjing ‘bernyanyi’
Nugini yang hidup di pusat-pusat konservasi di seluruh dunia. Anjing ini hasil
dari perkembangbiakan. Jadi penemuan anjing ‘bernyanyi’ di alam liar di
Indonesia ini sangat luar biasa," ujar Elaine Ostrander, salah satu
penulis di jurnal ilmiah PNAS kepada BBC. "Temuan ini sangat berguna untuk
pengembangan ilmu biologi konservasi," kata Ostrander.
Ia mengatakan genom anjing bernyanyi di alam liar
lebih variatif dibandingkan anjing ‘bernyanyi’ yang hidup di konservasi.
Menurutnya, genom anjing ‘bernyanyi’ yang dikembangbiakkan bukan di habitat
alamiah selama bergenerasi pada akhirnya akan kehilangan variasi atau
keberagaman.
Kisah penemuan anjing ‘bernyanyi’ ini berawal pada
2012 ketika seorang pemandu wisata mengambil foto seekor anjing liar di dataran
tinggi di Papua. Kemudian pada 2016, McIntyre, selama satu bulan secara khusus
mencari dan memfoto sekira 15 anjing liar di pegunungan Papua.
Pada 2018, McIntyre kembali ke Papua dan kali ini
berhasil mendapatkan sampel DNA dari dua anjing yang terperangkap, yang lantas
dilepaskan lagi.
Sampel ini dianalisis oleh tim yang antara lain
beranggotakan Heidi G. Parker, Suriani Surbakti, dan ilmuwan-ilmuwan lain dari
beberapa negara. Parker mengatakan bahwa analisis menunjukkan anjing
‘bernyanyi’ ternyata tidak punah, mereka masih bisa ditemukan di alam liar.
Ostrander dan tim penulis mengatakan temuan anjing
‘bernyanyi’ di alam liar di dataran tinggi Papua sangat penting dalam memahami
domestifikasi anjing.
Misteri yang belum diketahui oleh para ahli adalah
untuk apa sebenarnya lolongan berirama yang dikeluarkan anjing-anjing ini?
Apakah ini mekanisme pemberitahuan kepada anggota kawanan bahwa ada bahaya
misalnya? "Kami belum tahu jawabannya," kata Ostrander dalam
wawancara dengan BBC.
"Tapi sepertinya bukan sebagai cara untuk
memberi tahu bahwa ada bahaya yang mengancam. Kami telah melakukan observasi,
anjing-anjing ini mengeluarkan lolongan yang berirama ketika tidak ada
bahaya," jelas Ostrander. "Yang pasti, suaranya sangat berbeda dengan
suara anjing rumahan yang biasa kita dengar," katanya. (BBCI/c)