Pangeran Mohammed bin Salman. |
Jakarta.Internationalmedia.id.- Pengadilan Distrik
Columbia, Amerika Serikat (AS) mengeluarkan surat panggilan untuk Putra Mahkota
Kerajaan Arab Saudi, Pangeran Mohammed Bin Salman, untuk diperiksa dalam sidang
terkait laporan upaya pembunuhan terhadap mantan pejabat badan intelijen Saudi,
Saad Al-Jabri.
Seperti dilansir Middle East Monitor, Rabu 12
Agustus 2020. pengadilan juga memanggil 13 pejabat Saudi lainnya dalam surat
itu, termasuk Wakil Badan Intelijen Arab Saudi, Ahmad Al-Asiri, dan mantan
penasihat kerajaan Arab Saudi, Saud Al-Qahtani.
Keduanya dilaporkan terlibat dalam dugaan pembunuhan
terhadap jurnalis Jamal Khashoggi.
Menurut laporan yang didaftarkan Al-Jabri di
pengadilan Washington, Bin Salman mengirim tim pembunuh yang dijuluki
"Pasukan Harimau" ke Kanada untuk menghabisinya.
Mereka adalah tim yang turut membunuh Khashoggi di
Konsulat Jenderal Arab Saudi di Istanbul, Turki.
Al-Jabri mengatakan, tim pembunuh itu datang ke
Kanada menggunakan visa wisata dan satu orang menggunakan visa diplomatik, dua
pekan setelah pembunuhan Khashoggi. Namun, mereka ditolak masuk dan
dideportasi.
Saat ini Al-Jabri dilaporkan bermukim di lokasi
rahasia di Toronto, dengan pengawalan aparat keamanan setempat.
Menurut sumber mantan petinggi badan intelijen AS,
mereka sudah mengendus rencana itu karena Pangeran Salman merasa Al-Jabri
membahayakan kekuasaan sang ayah.
Dalam berkas itu, Al-Jabri menyatakan sembilan bulan
sebelum tim pembunuh itu tiba di Kanada, Badan Penyelidik Federal AS (FBI)
sudah memperingatkan anak lelakinya, Khalid.
Saat itu agen FBI menjemput Khalid di bandara Logan,
Boston, Massachusetts. Dia lantas diberitahu bahwa nyawanya dan keluarganya
dalam bahaya karena bin Salman memburu mereka dan diminta berhati-hati
Al-Jabri merupakan tangan kanan Pangeran Muhammad
bin Nayef. Keduanya menjalin hubungan erat dengan intelijen AS dan dilaporkan
bahu-membahu memerangi terorisme setelah peristiwa serangan ke gedung World
Trade Center di New York pada 11 September 2001.
Mereka disebut aktif bertukar informasi tentang
jaringan organisasi teroris Al-Qaidah, dan menggagalkan serangkaian upaya
serangan teror.
Akan tetapi, bin Nayef yang saat itu digadang
menjadi pengganti Raja Salman didepak dari jalur suksesi oleh Bin Salman pada
2017. Dia juga ditetapkan sebagai tahanan rumah.
Al-Jabri yang merasa dalam bahaya kabur ke Turki
pada pertengahan 2017. Namun, dia lantas pergi ke Kanada. Dia terpaksa
meninggalkan dua anaknya di Saudi, Sarah dan Umar.
Saad Al-Jabri dilaporkan memegang banyak rahasia di
lingkup kerajaan, termasuk rahasia Bin Salman, dan dinilai membahayakan jika
dibiarkan.
Perebutan kekuasaan di tubuh keluarga kerajaan Arab
Saudi terjadi antara Pangeran bin Salman dan sejumlah saudara ayahnya. Bahkan,
bin Salman sempat memenjarakan sejumlah anggota kerajaan di hotel dengan
tuduhan korupsi, sampai mereka berjanji akan setia terhadapnya.
Selain itu, Pangeran Bin Salman juga bersikap
agresif dalam membungkam pihak-pihak yang mengkritik kerajaan, salah satunya
mendiang Jamal Khashoggi.(*)