Kerusakan yang terjadi pasca ledakan dahsat di Beirut |
Jakarta.Internationalmedia.id.- Korban meninggal
dalam ledakan dahsyat di pelabuhan Beirut, Libanon, pada Selasa 4 Agustus 2020
terus ditambah. Terakhir, jumlahnya dilaporkan mencapai 135 orang.
Seperti dilansir Associated Press, Kamis 6 Agustus
2020 Kementerian Kesehatan Libanon menyatakan 5.000 orang mengalami luka akibat
kejadian itu.
Menurut Gubernur Beirut, Marwan Abboud, jumlah
kerugian akibat ledakan dahsyat itu ditaksir mencapai Rp 217.5 triliun. Dia
mengatakan sebanyak 300 ribu penduduk Beirut kehilangan tempat tinggal akibat
rusak terkena dampak ledakan.
Ledakan itu diduga dipicu oleh petasan yang tersulut
di gudang pelabuhan Beirut, yang menyimpan 2.750 ton senyawa amonium nitrat.
Senyawa kimia itu memiliki daya ledak tinggi dan kerap dipakai untuk bahan baku
pembuatan pupuk dan peledak.
Amonium nitrat itu disita dari sebuah kapal
berbendera Moldova, MV Rhosus, pada 2013. Kepala Bea Cukai Libanon, Badri
Daher, menyatakan sudah enam kali meminta supaya kapal itu dipindahkan atau
muatannya dikirim ke lokasi yang lebih aman, karena mudah terbakar dan bisa
membahayakan para pekerja di pelabuhan.
Akibat ledakan itu membuat kawah seluas 200 meter di
pelabuhan yang digenangi air Laut Mediterania. Bahkan tangki yang menyimpan 85
persen gandum hasil produksi Libanon yang berada di lokasi kejadian hancur.
Proses evakuasi dan penyelidikan masih berlangsung.
Sejumlah negara dari kawasan Timur Tengah hingga Amerika Selatan menyatakan
duka cita dan mengirim bantuan ke Libanon.
Presiden Libanon, Michel Aoun, menyatakan berjanji
akan menggelar penyelidikan terkait ledakan itu secara terbuka. Dia juga
menjanjikan akan menghukum pihak-pihak yang dinilai bertanggung jawab.
Sampai saat ini kepolisian setempat telah menetapkan
sejumlah pejabat di badan pelabuhan Beirut sebagai tahanan rumah, terkait
proses penyelidikan.(*)