Presiden Amerika Serikat Donald Trump bersalaman dengan Presiden Tiongkok XI Jinping saat KTT G-20 di Jepang(AFP) |
Jakarta.Internationalmedia.id.- Hubungan antara Amerika Serikat (AS) dan
China belakangan ini semakin memanas. Ketegangan semakin menjadi setelah AS
menyalahkan China sebagai penyebab pandemi virus corona atau Covid-19.
China pun dianggap sudah mulai "masuk" ke tatanan hidup AS.
Biro Penyelidikan Federal Amerika Serikat (FBI) mengatakan, operasi spionase
oleh China merupakan ancaman terbesar bagi AS dalam jangka panjang.
Direktur FBI, Christopher Wray mengatakan, pemerintah China mendalangi
operasi untuk mencuri rahasia dagang. Lebih dari itu, China juga disebut FBI
telah mengancam tatanan hidup AS dalam konteks yang lebih besar.
FBI membongkar satu kasus kontra-intelijen baru yang melibatkan China
setiap sepuluh jam. Menurut Wray, China setidaknya terlibat dalam upaya untuk
menjadi satu-satunya negara adikuasa di dunia dengan segala cara yang
diperlukan.
Hal itu disampaikan Wray dalam pidatonya di Institut Hudson di
Washington, Selasa 7 Juli 2020. Dikutip dari BBC, Rabu, 8 Juli 2020, Wray dalam
pidato selama hampir satu jam itu menguraikan gambaran yang jelas tentang
campur tangan China.
Ia menjelaskan soal kampanye spionase ekonomi yang luas, pencurian data
dan moneter serta kegiatan politik ilegal. Bahkan ia menuding China telah
menggunakan suap dan pemerasan untuk mempengaruhi kebijakan AS.
"Kami sekarang sudah mencapai titik di mana FBI kini membuka kasus
kontra-intelijen baru terkait China setiap 10 jam," kata Wray.
"Dari hampir 5.000 kasus kontra-intelijen aktif saat ini yang sedang
berlangsung di seluruh negeri, hampir setengahnya terkait China,"
sambungnya.
Lebih lanjut Wray juga mengungkapkan, Presiden China Xi Jinping telah
mempelopori program yang disebut "perburuan rubah". Program ini
menargetkan warga negara China yang tinggal di luar negeri, yang dipandang
sebagai ancaman bagi pemerintah China.
"Pemerintah China ingin memaksa mereka kembali ke China, dan taktik
China untuk melakukan itu mengejutkan," kata dia.
"Ketika tidak bisa menemukan satu target perburuan rubah, pemerintah
China mengirim utusan untuk mengunjungi keluarga target di sini, di Amerika
Serikat. Pesan yang mereka sampaikan? Target itu memiliki dua pilihan: kembali
ke China segera, atau bunuh diri," ungkapnya.
Apa yang disampaikan Wray jelas menandakan bahwa Washington sekarang
melihat Beijing tidak hanya sebagai musuh yang agresif. Lebih dari itu juga
pesaing ambisius dalam kepemimpinan global.
Sebelumnya, sejak wabah Covid-19 terjadi di AS, pemerintahan Trump memang
telah melampiaskan kemarahan terhadap China. Terlebih atas respon mereka
terhadap virus corona dan spionase ekonomi terhadap undan-undang keamanan
nasional baru Hong Kong.(*)