J
Mata Uang China |
Jakarta.Internationalmedia.id.-
Perekonomian nasional China pada 2020 diperkirakan tumbuh sebesar 1 hingga 3
persen, meskipun bencana banjir bandang melanda wilayah selatan negara
berpenduduk terbesar itu dan pandemi global COVID-19 belum reda.
"Di China, banjir dan
kekeringan menjadi masalah tersendiri terhadap produksi pertanian dan produk
turunannya. Namun sektor pertanian hanya berkontribusi sekitar 8 persen
terhadap pertumbuhan ekonomi nasional dan sekarang musim panen gandum,"
kata Profesor Cao Heping dari Peking University, Minggu (6/7).
Wakil Direktur Asosiasi
Pelaku Ekonomi Beijing (BEOA) Tian Yun berpendapat bahwa dampak banjir musiman
terhadap ekonomi nasional hanya berjangka pendek dan regional.
"China telah mengalami
situasi yang sama sebelumnya dan musim hujan akan berlalu pada bulan Agustus
sehingga pengaruhnya terhadap pertumbuhan PDB akan negatif 0,1 persen, jika
kalau pun benar terjadi," ujarnya dikutip Global Times, Senin.
Kementerian Sumber Daya Air
China (MWR) pada Sabtu (5/7) telah meningkatkan status kewaspadaan banjir dari
level II ke level III.
Banjir yang menerjang 26
provinsi dan menyebabkan 1.560 hektare lahan pertanian telah mengakibatkan
kerugian ekonomi sekitar 41,64 miliar yuan atau sekitar Rp85,6 triliun.
Dibandingkan dengan banjir,
dampak pandemi COVID-19 jauh lebih besar terhadap pertumbuhan ekonomi.
Kesulitan utama perekonomian
selama pandemi adalah pembatalan permintaan barang dari luar negeri dalam
jumlah besar, demikian para pakar.
Tian memprediksi pertumbuhan
ekonomi China sekitar 1 persen, sedangkan Cao lebih optimistis akan tumbuh 1-3
persen.
"Konsumsi yang tidak
terealisasi pada paruh pertama tahun ini akan pulih pada paruh kedua. Dan jika
kebijakan pendukung pemerintah yang relevan diberlakukan, pertumbuhan PDB
kemungkinan bahkan akan lebih tinggi dari 3 persen," ujar Cao.(*)