Jakarta.International;media.id.-
Harga emas berjangka naik pada akhir perdagangan Selasa (Rabu pagi WIB),
rebound dari penurunan dua hari sebelumnya.
Hal ini dipicu, ketika
kekhawatiran atas wabah baru virus corona di China mengabaikan lonjakan Wall
Street, yang didorong rekor kenaikan penjualan ritel AS dan optimisme terhadap
obat Covid-19.
Kontrak emas paling
aktif untuk pengiriman Agustus di divisi COMEX New York Mercantile Exchange,
naik 9,3 dolar AS atau 0,54 persen, menjadi ditutup pada 1.736,50 dolar AS per
ounce.
Pada Senin (15/6/2020),
emas berjangka turun 10,1 dolar AS atau 0,58 persen menjadi 1.727,2 dolar AS
per ounce Emas berjangka juga melemah 2,5 dolar AS atau 0,14 persen menjadi
1.737,30 dolar AS per ounce pada Jumat (12/6/2020), setelah terangkat 19,1
dolar AS atau 1,11 persen menjadi 1.739,8 dolar AS per ounce pada perdagangan
Kamis (11/6/2020).
Mengangkat kekhawatiran
atas pandemi, Pemerintah Kota Beijing menaikkan tingkat tanggap darurat
Covid-19 menjadi II dari III, menurut media pemerintah. Ada lebih dari 100
kasus baru yang dikonfirmasi dalam beberapa hari terakhir.
Emas naik setelah
Beijing tiba-tiba memperketat tindakan, dengan sekolah-sekolah ditutup dan
orang-orang disarankan untuk tidak meninggalkan kota kecuali diperlukan, kata
Alex Turro, ahli strategi pasar di RJO Futures, dikutip dari Xinhua.
Emas mengalami sedikit
penurunan sebelumnya, yang didorong oleh lonjakan Wall Street setelah data
menunjukkan penjualan ritel AS naik 17,7 persen pada bulan lalu, kenaikan
terbesar dalam catatan.
Ekuitas juga mendapat
dukungan dari data yang menunjukkan penurunan angka kematian COVID-19 dalam uji
coba obat steroid generik. Setiap kali harga (emas) turun, tampaknya investor melihatnya
sebagai peluang membeli, kata kepala analis ActivTrades, Carlo Alberto De Casa
dalam sebuah catatan.
Fundamental emas kuat,
mengingat lingkungan suku bunga rendah dan ketidakpastian pandemi, kata Bob
Haberkorn dari RJO Futures. Sementara itu, bank sentral Jepang (Bank of Japan)
mengatakan pihaknya diperkirakan akan memompa sekitar 110 triliun yen (1
triliun dolar AS) ke dalam perekonomian.
Suku bunga yang lebih
rendah mengurangi peluang kerugian memegang logam mulia yang tidak memberikan
imbal hasil (non-yield). Para investor juga terus mengawasi meningkatnya
ketegangan secara global, ketika pasukan India dan China bentrok di perbatasan
yang disengketakan mereka, sementara Korea Utara meledakkan kantor penghubung
antar-Korea yang didirikan di kota perbatasan.
Logam mulia lainnya,
perak untuk pengiriman Juli naik 25,3 sen atau 1,45 persen menjadi ditutup pada
17,622 dolar AS per ounce. Platinum untuk pengiriman Juli naik 22,2 dolar AS
atau 2,7 persen menjadi menetap pada 843,9 dolar AS per ounce.(*)