Jakarta.Internationalmedia,Id,- HARGA minyak berjangka jatuh
pada akhir perdagangan Rabu (Kamis pagi WIB) setelah Presiden AS Donald Trump
mengatakan ia sedang bekerja pada respons yang kuat terhadap undang-undang
keamanan yang diusulkan China di Hong Kong dan ketika beberapa pedagang
meragukan komitmen Rusia untuk pengurangan produksi yang dalam.
Harga minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI)
untuk pengiriman Juli turun 1,54 dolar AS atau 4,5 persen, menjadi menetap pada
32,81 dolar AS per barel.
Sementara itu minyak mentah Brent untuk pengiriman Juli turun
1,43 dolar AS atau 4,6 persen menjadi ditutup pada 34,74 dolar AS per barel.
Presiden Rusia Vladimir Putin dan Putra Mahkota Saudi Mohammed bin Salman
setuju selama pembicaraan melalui telepon untuk "koordinasi erat"
lebih lanjut tentang pembatasan produksi minyak, kata Kremlin.
Namun banyak yang merasa Rusia mengirimkan sinyal beragam
menjelang pertemuan dalam waktu kurang dari dua minggu antara Organisasi
Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) dan sekutunya. Kelompok yang dikenal
sebagai OPEC+ ini memangkas produksi hampir 10 juta barel per hari (bph) pada
Mei dan Juni.
"Kedengarannya hebat di atas kertas, tetapi pasar
menahan kegembiraan sampai kita mendapatkan beberapa rincian lebih lanjut
tentang apakah akan ada pemotongan, berapa banyak barel akan dipotong dan
lamanya pemotongan," kata Analis Senior Price Futures Group, Phil Flynn.
Sementara itu ketegangan antara Amerika Serikat dan China
terus meningkat setelah China mengumumkan rencana untuk memberlakukan
undang-undang keamanan nasional baru di Hong Kong, memicu protes di
jalan-jalan. Menteri Luar Negeri AS Mike Pompeo mengatakan dia telah menyatakan
bahwa Hong Kong tidak lagi memerlukan perlakuan khusus berdasarkan hukum AS,
pukulan terhadap statusnya sebagai pusat keuangan utama.
Prospek suram atas
dampak ekonomi pandemi juga membebani minyak mentah. Para ekonom memperkirakan
dua juta orang Amerika mengajukan aplikasi awal untuk asuransi pengangguran
minggu lalu.
Departemen Tenaga Kerja AS akan melaporkan pada Kamis.
"Pengurangan surplus minyak mentah domestik yang besar sekitar 47 juta
barel sedang berjalan pada kecepatan yang jauh lebih lambat daripada penurunan
produksi karena penyuling ragu-ragu dalam meningkatkan kegiatan," kata
Presiden Ritterbusch dan Associates, Jim Ritterbusch di Galena, Illinois, dalam
sebuah laporan.
Ekonomi zona euro mungkin akan menyusut antara 8-12 persen
tahun ini, Presiden Bank Sentral Eropa Christine Lagarde memperingatkan
hasilnya akan antara sedang dan berat. Persediaan minyak mentah, bensin, dan
sulingan AS semuanya naik, data dari kelompok industri American Petroleum
Institute menunjukkan pada Rabu (27/5/2020).
Sementara Badan Informasi Energi AS akan merilis data
persediaannya pada Kamis. Dalam tanda lain permintaan bahan bakar yang lemah,
kilang Jepang beroperasi hanya dengan 56,1 persen dari kapasitas minggu lalu,
terendah sejak setidaknya 2005.
"Pasar kemungkinan dalam waktu dekat akan memusatkan
perhatian pada pertemuan 'OPEC+' pada 9 dan 10 Juni," kata Analis Energi
Commerzbank Research, Eugen Weinberg, dalam sebuah catatan pada Rabu
(27/5/2020).
"Sampai sekarang, posisi dua peserta terkemuka sangat
berbeda: Arab Saudi ingin mempertahankan pemotongan yang berlaku pada Mei dan
Juni untuk sementara waktu, sementara Rusia idealnya akan mulai secara bertahap
meningkatkan produksi lagi mulai Juli, seperti yang direncanakan
sebelumnya," katanya.(Ant)